Jumat 27 Oct 2017 20:24 WIB

Ini Satu-satunya Bayi yang Lahir Setelah Muslimin Hijrah

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Kota Madinah tempo dulu.
Foto: Wikipedi.org/ca
Kota Madinah tempo dulu.

REPUBLIKA.CO.ID, Abdullah bin az-Zubair dilahirkan di Madinah setelah dua puluh bulan dari masa hijrah. Dia merupakan anak yang pertama dilahirkan di Madinah pada masa perkembangan Islam. Ayahnya bernama Zubair bin Awwam, salah seorang dari sepuluh orang yang masuk surga tanpa hisab.

Dikisahkan dalam buku yang berjudul “Kasatria Pilihan di Sekitar Rasulullah” karya Abdurrahman Umairah, setelah dia lahir, ibunya Asma binti Abu Bakar ash-Shiddiq, langsung membawanya ke hadapan Rasulullah. Para sahabat dan kaum Muslimin bergembira dan merasa bangga sekali dengan kelahirannya.

Oleh karena itu, mereka berkata, “Sesungguhnya orang-orang Yahudi telah menyihir kalian, sehingga tidak akan lahir seorang anak pun untuk kalian.”

Abdullah bin az-Zubair diambil oleh Rasulullah SAW dari ibunya, Asma dan diletakkan di pangkuannya. Setela itu, Rasul mengambil kurma dan mengunyahnya. Beliau menempelkan mulutnya ke bibir Abdullah, sehingga air ludah (sari pati kurma yang dikunyah Rasul) itu merupakan makanan yang masuk pertama kali ke kerongkongan Abdullah bin Az-Zubair. Rasul SAW mendoakannya, “Semoga Allah memberikan berkah dan rahmat kepada Abdullah.”

Setelah itu, Rasulullah SAW berkata kepada ibunya Asma, “Wahai Asma. Susuilah anakmu, walaupun dengan tetes air matamu, karena dia satu-satunya anak pertama kali yang dilahirkan bagi kaum Muslimin setelah hijrah.”

Sejak kecil, Abdullah memiliki bakat menjadi seorang pemimpin. Dia senantiasa meminta untuk menjadi pemimpin saat bermain bersama kawan-kawannya di lapangan bermain. Abdullah dewasa tumbuh berkembang pesat di masa kejayaan Khalifah Umar bin Khaththab dan mendapat martabat yang tinggi dalam kehidupan dunianya.

Suatu hari Umar bin Khaththab berjalan melintas di segerombolan anak-anak kecil yang yang sedang bermain dan di antara mereka ada Abdullah bin Zubair yang ikut pula bermain. Mereka memperhatikan kedatangan Umar bin Khaththab ra dan mereka lari menjauh dari jalan. Karena mereka mengetahui orang yang datang adalah Umar, seorang yang hebat dan terhormat. Namun, Abdullah bin Zubair tetap tinggal di tempatnya, tidak pergi beranjak menyingkir bersama kawan-kawannya.

Umar berkata kepada Abdullah, “Mengapa engkau masih tetap di tempat dan tidak beranjak bersama kawan-kawanmu yang lain?”

Abdullah menjawab, “Kesalahan apa yang aku perbuat sehingga aku harus takut berhadapan denganmu, dan jalan ini tidak sempit? Aku pun sudah memberikan jalan (melapangkannya) untukkmu.”

Jawaban ini menunjukkan adanya akal yang cerdik dari seorang anak kecil. Hal itu adalah gambaran Abdullah di masa mendatang akan menjadi pemuda yang berani dan berkepribadian kuat.

Ketika usia Abdullah mencapai delapan tahun, dia bergabung bersama kawan-kawan sepermainannya dengan membentuk sekelompok pasukan perang. Pasukan perang itu berbaris dengan rapi dan disiplin. Mereka menuju kediaman Rasulullah SAW untuk meminta pembaiatan.

Kemudian Rasulullah SAW membaiat mereka untuk menjadi tentara yang akan menyebarkan Islam, sebagai penghormatan terhadap leluhur mereka yang telah syahid dalam mempertahankan kalimat tauhid. Mereka juga dibaiat untuk menjadi relawan membela tanah air dan menyucikan dari berhala-berhala dan patung yang telah menjadi sembahan kaum terdahulu.

Dididik di medan pertempuran dalam ruang lingkup yang taat beribadah, Abdullah tumbuh besar menjadi remaja di atas ringkikan pasukan berkuda dan di atas bidikan anak panah. Abdullah dewasa menjadi seorang tentara yang sangat terkenal di berbagai pertempuran karena mengetahui taktik perang  dan strategi kemenangan dalam menumpas musuh-musuhnya. Sehingga, ia banyak berperan dalam berbagai kesulitan hingga tercapai kemenangan bagi mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement