Rabu 25 Oct 2017 18:00 WIB

Selamatkan Artefak Islam untuk Dunia

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Yerusalem
Foto: RNW
Yerusalem

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penjajahan Israel atas Palestina menyisakan satu masalah pelik, yaitu terancamnya artefak-artefak Islam. Yayasan Al-Aqsa meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), seperti dikutip dari the Huriyyet Daily News, menuding Israel berusaha mencuri dan menyelundupkan artefak peninggalan peradaban atas nama transformasi perkotaan. 

Israel telah melakukan pencurian besar-besaran pada peninggalan peradaban Islam di Yerusalem, tapi tidak ada pihak mana pun yang menyoroti masalah tersebut. Karena itu, Yayasan berharap pencurian itu segera dihentikan.   

Belum lama ini, Organisasi Pendidikan Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) mengadakan kerja sama dengan Pemerintah Italia untuk melindungi benda peninggalan sejarah Islam dari serangan teroris, khususnya yang berada di wilayah konflik.  

Dilansir dari theguardian.com (16/2), kerja sama ini dimaksudkan untuk menghentikan organisasi seperti ISIS menjual dan menjarah barang antik guna membiayai aksi terorismenya. Menteri Italia Paolo Gentiloni dan Direktur Umum UNESCO Irina Bokova menandatangani kesepakatan di Roma.

Para pejabat mengatakan, tidak ada alasan khusus dipilihnya Italia untuk kerja sama. Satuan tugas ini mengacu pada polisi paramiliter Carabinieri Italia, yang telah lama berjuang dalam perdagangan karya seni yang dijarah. 

Gentiloni mencatat bahwa kelompok ekstremis seperti ISIS menjual dan menjarah seni dan artefak untuk membiayai terorisme dan menghancurkan monumen untuk pembersihan budaya. Strategi perlindungan budaya di masa depan adalah salah satu komponen penting dalam memerangi terorisme.

Selain manfaat keuangan untuk ekstremis, menjarah atau menghancurkan monumen dan situs arkeologi memiliki motif lebih berbahaya dan merupakan serangan terhadap budaya keragaman dan pluralitas. "ISIS diyakini memperoleh sebagian dananya dari pasar gelap dan barang antik," kata Gentiloni.

Tahun lalu, aktivis melaporkan bahwa ISIS menewaskan tiga tawanan di Palmyra, Suriah, setelah mengikat mereka di benda peninggalan Romawi kuno. Hal ini juga menghancurkan monumen lain di Palmyra, sebuah oasis padang pasir berdiri di persimpangan peradaban kuno, termasuk candi dari Bel, Kuil Baalshamin, dan gapura.

Direktur umum UNESCO Irina Bokova mengatakan, UNESCO menyaksikan adanya tragedi penghancuran warisan secara sistematis dan serangan yang disengaja untuk penghancuran benda peninggalan sejarah, khususnya di wilayah Timur tengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement