Ahad 22 Oct 2017 05:13 WIB

Lesbumi NU: Nusantara Bertirakat Proses Menuju Pencerahan

Rep: Fuji EP/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Silaturahim Kebudayaan digelar di gedung PBNU.
Foto: istimewa
[ilustrasi] Silaturahim Kebudayaan digelar di gedung PBNU.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) menggelar acara silaturahim kebudayaan II bertema 'Nusantara Bertirakat' di Griya Oetami Omah Budoyo Jakarta pada Sabtu (21/10). Acara silaturahim kebudayaan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2017.

Lesbumi NU berpandangan, untuk mendapatkan suatu pencerahan, setiap makhluk harus melewati proses bertirakat. Begitu pula bangsa Indonesia dan semua isinya perlu bertirakat untuk menuju pencerahan.

Sekretaris Jenderal Lesbumi NU, Abdullah Wong mengatakan, di dalam teks-teks kitab suci, para wali dan orang suci adalah orang-orang yang melewati proses panjang. Yakni proses tirakat, kemudian mereka mencapai pencerahan.

"Mencapai mukasyafah, mencapai suatu penerangan dalam dirinya, jiwanya, yang kemudian dia sendiri adalah penerang yang kemudian menerangi masyarakat di sekitarnya," kata Abdullah saat mengisi acara silaturahim kebudayaan, Sabtu (21/10).

Ia menerangkan, para nabi, utusan dan orang-orang suci hampir semuanya bertirakat. Kalau dalam sejarah Islam, Rasulullah menyepi di Gua Hiro. Bahkan di usia 25 tahun, nabi sudah mulai menyepi. Begitu pula dengan Siddhartha Gautama, dia melakukan meditasi di bawah pohon Bodhi. Serta Bunda Maria puasa makan, kemudian mendapatkan Al Maidah dari langit sebelum melahirkan.

Abdullah melanjutkan, semua kisah ini menjadi potret-potret penting bahwa, tirakat menjadi bagian tidak terpisahkan dari proses manusia mengalami pencerahan. Kemudian, melompat ke pesantren. Pesantren menjadi pilar penting dari kebudayaan Islam di Nusantara.

"Para santri adalah sosok yang di dalamnya senantiasa aktif semangat belajar, tapi di dalamnya para santri juga melakukan berbagai macam jenis tirakat, riyadhoh (melatih diri)," ujarnya.

Pada acara Silaturahim Kebudayaan II ini turut hadir Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin), Uung Sendana, tokoh agama Hindu yang juga dosen FIB UI, I Made Suparta, dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Suwadi D Pranoto. Serta hadir juga Sekretaris Jenderal Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Romo Johannes Hariyanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement