REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cerita yang dikutip dari buku Kisah Muslim Penuh Hikmah ini kembali mengingatkan kita tentang pentingnya menghindari rasa iri dan dengki. Sifat ini, bukan hanya berbahaya bagi diri sendiri, melainkan juga bisa berdampak buruk terhadap orang lain.
Suatu ketika, di suatu daerah ada raja yang peduli dengan nasib rakyatnya. Tiap beberapa pekan sekali, ia mengundang rakyat datang ke istana dan bertatap muka dengannya. Pertemuan ini dipergunakan sebagai wadah penyaluran aspirasi.
Benar saja, pada waktu yang sudah ditentukan, semua undangan yang kebanyakan dari rakyat jelata itu memenuhi ruang tunggu istana.
Di antara mereka yang menyampaikan keluhan, ada yang memberikan masukan, ada pula yang hanya menyampaikan kata-kata hikmah lalu pergi tanpa bicara panjang lebar setelah berjabatangan dengan raja. Beberapa pekan kemudian, raja kembali menggelar kegiatan yang sama, yakni pertemuan antara raja dan rakyat jelata.
Ketika acara belum dimulai dan rakyat sudah menunggu di ruang tunggu istana, raja teringat dengan seorang anak muda yang menyampaikan kata-kata singkat tapi penuh makna. Lalu, raja memanggilnya.
"Acara sudah dibuka, silakan kalian menyampaikan apa saja yang kalian mau sampaikan. Tapi, sebelum itu saya ingin memanggil kepada anak muda yang berada di barisan tengah itu," kata raja.