Selasa 17 Oct 2017 16:00 WIB

Mengenal Keteladanan Urwah bin Zubair

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Hijrah, ilustrasi
Hijrah, ilustrasi

Sementara, Urwah yang jauh berada di antara mereka masih tenggelam dalam kekhusyukan berdoa. Melihat Urwah seperti itu, akhirnya para saudaranya mendekat dan bertanya.  

"Bagaimana denganmu, apa cita-citamu kelak wahai Urwah?"  

Mendengarkan pertanyaan demikian, Urwah berkata, "Semoga, Allah  SWT memberkahi semua cita-cita dari urusan dunia kalian, aku ingin menjadi seorang alim (orang berilmu yang beramal), sehingga orang-orang akan belajar dan mengambil ilmu tentang Tuhan mereka, sunah Nabi-Nya, dan hukum-hukum agama dariku lalu aku berhasil di akhirat dan memasuki surga dengan ridha Allah SWT."

Hari-hari berganti. Abdullah bin Zubair dibaiat menjadi khalifah menggantikan Yazid bin Mu'awiyah yang telah meninggal. Ia menjadi hakim atas Hijaz, Mesir, Yaman, Khurasan ,dan Irak yang pada akhirnya terbunuh di  Ka'bah, tak jauh dari tempatnya mengungkapkan cita-citanya dahulu.

Sedangkan, Mush'ab bin Zubair telah menguasai Irak sepeninggal saudaranya Abdullah dan akhirnya juga terbunuh ketika mempertahankan wilayah kekuasaannya. Adapun Abdul Malik bin Marwan, kini menjadi khalifah setelah ayahnya wafat. Ia berhasil menjadi raja dunia terbesar pada masanya.

Bagaimana halnya dengan Urwah bin Zubair? Demi merealisasikan cita-cita yang didambakan dan harapan kepada Allah yang diutarakan di Ka'bah, ia amat gigih dalam usahanya mencari ilmu kepada para sahabat Rasul yang masih tersisa.   

Saking konsiten dan gigihnya, Urwah bisa meriwayatkan hadis dari Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Zaid bin Tsabit, Abu Ayyub al-Anshari, Usamah bin Zaid, Sa'id bin Zaid, Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas, Nu'man bin Basyir, dan banyak pula mengambil dari bibinya Aisyah RA. Pada gilirannya nanti ia berhasil menjadi satu di antara tujuh ahli fikih Madinah yang  menjadi rujukan para pencari ilmu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement