REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ujian datang menyeret dalam ajakan zina, maka menjaga diri darinya adalah menolak sekuat tenaga, memperbanyak puasa jika ia bujang atau menyalurkan ke istri jika ia sudah menikah.
Allah SWT berfirman tentang ciri orang yang beriman dalam surah al-Mu'minun ayat 5-7. "Dan orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas."
Saat fitnah mampir dalam wujud harta dari jalan culas namun berlimpah, qanaah dan zuhud adalah cara kita menjaga diri.
Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana'ah (merasa cukup dan puas) dengan rezeki yang Allah berikan kepadanya." (HR Muslim)
Setiap godaan selalu ada penawarnya. Setiap ujian senantiasa tersedia jalan keluarnya. Tinggal jiwa kita memilih condong kemana. Sungguh, Allah SWT tahu seberapa kuat ikhtiar kita dalam menjaga diri. Niat dan kengototan kita dalam membentengi diri dari pelbagai godaan, akan berbuah pahala yang besar dari sisi Allah SWT.
Rasulullah SAW pernah berpesan, salah satu golongan yang akan dinaungi di hari kiamat kelak adalah seorang pemuda yang diajak berbuat maksiat wanita, kemudian ia berkata, "Sungguh aku takut kepada Allah."
Bukahkah kita ingin menjejak sebagai manusia ihsan? Dimana kita beribadah seolah-olah melihat Allah SWT. Namun jika kita tak melihat-Nya, pastilah Allah SWT melihat kita. Allah SWT Maha Tahu seberapa kuat keinginan kita dalam menjaga diri.
Rupanya seorang Mukmin tak dituntut hanya menjaga diri. Jika ia memiliki imunitas terhadap godaan, maka ia berkewajiban mengubah godaan tersebut. Supaya tak lagi ada korban-korban lain yang daya tahannya bisa jadi sangat rapuh.
Pekerjaan kita tak hanya berhenti dalam menjaga diri, namun mengubah keadaan sesuai kemampuan. Jika melihat kemungkaran, maka yang memiliki genggam kekuasan harus mengubahnya dengan tangan. Jika tak sanggup, ia wajib menasehatinya dalam tutur kata nan baik. Jika tak lagi sanggup berdoa adalah benteng terakhir dalam menghadapinya.
Disarikan dari Pusat Data Republika