REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sulaiman bin Yasar adalah salah satu pemuka tabiin di Madinah. Ia adalah lelaki ahli fikih nan rendah hati. Sulaiman adalah seorang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah. Selain itu ia digambarkan sebagai sosok yang amat tampan.
Sulaiman pun menemui ujiannya. Ibnu Katsir dalam Bidayah wan Nihayah mengisahkan tentang fitnah yang pernah menimpa Sulaiman.
Suatu kali ia pergi ke pasar. Kemudian ia dipanggil seorang wanita yang amat cantik. "Kemarilah wahai Sulaiman," ujar wanita itu. Lalu wanita itu mulai merayunya.
Sulaiman hanya berdiri mematung sembari menangis dengan kuat. Setiap kali wanita itu mendekatinya, Sulaiman terus mundur sambil menangis dengan kuat. Wanita itupun terkaget dan mencoba mendekati lagi Sulaiman. Ia kembali mundur dan semakin menjadi-jadi tangisnya.
Melihat reaksi Sulaiman itu, sang wanita pun akhirnya pergi meninggalkannya. Melihat Sulaiman terduduk dan menangis, temannya lantas menghampiri. "Apa yang engkau tangisi wahai Sulaiman?" tanyanya.Sulaiman menjawab, "Aku menangis karena kesedihanku terhadap diriku sendiri."
Demi membaca kisah itu kita patut bertanya, apa yang akan kita perbuat seandainya kita berada di posisi Sulaiman? Rasanya ujian seperti itu amat mudah kita temui hari ini.
Godaan untuk berbuat maksiat seolah berjajar rapi, mengantri untuk disambangi satu per satu. Disajikan dengan kemasan menarik dan menggoda. Beberapa bahkan nampak seperti perbuatan yang tak lagi tabu. Saking banyaknya orang yang berbondong melakukan kebrobrokan itu.
Saat aneka rupa godaan terhidang, ujian besar adalah soal bagaimana kita menjaga diri. Saat godaan itu terwujud dalam busur pandangan yang belum lagi halal, menundukkan pandangan adalah usaha keras kita menjaga diri.
Rasulullah SAW bersabda, "Pandangan merupakan anak panah beracun dari anak-anak panah iblis. Maka barangsiapa yang menahan pandangannya dari kecantikan seorang wanita karena Allah, niscaya Allah akan mewariskan rasa manis dalam hatinya sampai hari pertemuan dengan-Nya." (HR Hakim dan Thabrani).
Disarikan dari Pusat Data Republika