Rabu 11 Oct 2017 06:07 WIB

Memahami Dua Makna Bala

Rep: c39/ Red: Agung Sasongko
Ujian Kehidupan (Ilustrasi)
Foto:

Imam al-Baidhawi dalam Tafsir al-Baidhawi menjelaskan, kata bala dalam ayat tersebut merupakan kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang beriman, yang berwujud pertolongan-Nya, harta rampasan perang, dan mati syahid. Karena itu, bala dalam ayat ini dapat bermakna ujian yang baik.

Selain kedua makna bala tersebut, kewajiban-kewajiban keagamaan juga disebut bala karena merupakan ujian untuk mengetahui kualitas seseorang dan karena berat dipikul. Sehingga, kata ini digunakan untuk suatu ujian yang sifatnya panjang atau sangat berat dan berdampak panjang.

Seperti yang disebut M Quraish Shihab, di dalam Alquran kata bala disebutkan di enam tempat, dengan makna yang berbeda-beda. Empat di antaranya berkaitan dengan Firaun dan penyiksaannya atas umat Nabi Musa (QS al-Baqarah [2]: 49, QS al-A'raf [7]: 141, QS Ibrahim [14]: 6, dan QS ad-Dukhan [44]: 33).

Satu surah lagi berkaitan dengan Nabi Ibrahim yang diuji dengan perintah menyembelih putra beliau (QS ash-Shafat [37]: 106) dan satu surah lainnya berkaitan dengan ujian yang dihadapi umat Islam dalam Perang Badar (QS al-Anfal [8]:17).

Imam al-Raziy dalam kitab Mukhtar al-Shihab juga memberikan penjelasan bahwa bala memang digunakan untuk menggambarkan ujian baik atau buruk. Namun, salah satu istilah yang hampir mirip dengan bala adalah musibah.

Perbedaannya dengan musibah, ketika Alquran berbicara tentang musibah maka ada sangkut pautnya dengan tingkah laku atau ulah manusia itu sendiri. Sementara, ketika berbicara tentang bala, maka datangnya mutlak dari Allah SWT.

Untuk menggambarkan istilah musibah, bisa dilihat dalam firman Allah yang berbunyi,  "Allah yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." (QS al-Mulk [67]: 2). Sementara, bala yang datangnya dari Allah langsung dapat dilihat dalam surah lainnya, "Kami pasti akan menguji kamu sampai Kami tahu siapa orang yang berjihad di jalan Allah dan bersabar."(QS Muhammad [47]: 31).

Hidup ini memang merupakan sebuah cobaan dan ujiian. Namun, bentuknya tidak berarti selalu yang dibenci saja, tapi juga bisa disenangi sehingga Allah SWT melarang hambanya merasa dibenci ketika ditimpakan sesuatu yang tidak disenanginya.

Kisah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dalam zaman peperangan mungkin bisa memberikan gambaran lebih jelas tentang hal itu. Para sahabatnya tentunya pernah terluka, bahkan ada yang gugur. Bahkan, Nabi pun juga pernah terluka. Tetapi, bukan berarti mereka adalah yang termasuk dibenci Allah SWT, justru karena Allah ingin mengangkat derajat mereka kepada yang lebih tinggi. Allahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement