REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdebatan tentang daya beli masyarakat yang melemah atau tumbuh sudah waktunya diakhiri. Tema perdebatan ini tak ubahnya sebuah pertarungan opini memperebutkan hegemoni untuk menguasai persepsi masyarakat umum. Karena itu, PBNU mengimbau agar terjun langsung melihat kemiskinan secara nyata di lapangan.
"Pelaku perdebatan ini kaum borjuis yang menguasai mesin produksi yang sebenarnya berperan penting menghasilkan kebutuhan pokok masyarakat. Mereka yang kuat kok malah debat, karena itu hentikan perdebatan yang tidak manfaat ini," ujar Ketua PBNU Sulton Fatoni kepada Republika.co.id, Senin (9/10).
Menurut Sulton, masyarakat tidak bisa hanya dipahami melalui metode angka lalu disimpulkan dalam table, grafik atau lainnya. Jika ingin tahu masyarakat secara utuh bisa dengan melihat langsung dinamika sosialnya.
"Jika ingin tahu tingkat kemiskinan masyarakat misalnya, langsung saja datangi untuk melihat kondisi rumahnya, kualitas makanan tiap harinya hingga pola hidupnya dalam menjaga kesehatan," ucapnya.
Peduli kepada masyarakat dengan cara menganalisa daya belinya melemah atau tumbuh, menurut Sulton, itu bias kepentingan. Pada kondisi tertentu kepentingan para pengusaha dan pada momentum tertentu kepentingan penguasa atau oposan.
"Masyarakat saat ini sudah mempunyai kecerdasan sendiri baik saat menjadi konsumen maupun produsen." Kata Sulton.