Dalam ‘Belajar Kaligrafi, Belaid menekankan perlunya ‘guru’ dan sistem ‘sanad’ (sandaran) yang sampai kepada Sang Guru Agung Ali bin Abi Thalib. Belajar juga harus step by step "dari yang mudah kepada yang sulit" (من السهل إلى الصعب) dimulai dari Riq'ah dengan waktu belajar untuk satu gaya khat minimal 2-3 tahun.
Meskipun kehadiran guru ditekankan, tapi teori belajar kaligrafi di Indonesia berbeda: bergerak cepat dan umumnya dimulai dari Naskhi dan Riq'ah karena kebutuhan fungsional dilanjutkan kepada gaya-gaya lain (Tsulus, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi. Sedangka untuk yang ‘kontemporer’ diperlukan untuk memenuhi kebutuhan estetis, seperti yang selama ditaklim di Lemka.
Ketika ditanyakan seperti pertanyaan kepada Direktur IRCICA Turki, Dr Halid Eren, di Terengganu beberapa waktu lalu mengenai: Bagaimana pendapat Tuan, dalam waktu setahun Lemka mengajarkan tujuh gaya khat tradisional dan lima kontemporer?" Belaid menjawab (seperti jawaban Eren): "لايجوز (gak boleh)."
Lantas saya cerita: saat di Terengganu dalam acara Islamic Art Festival itu saya perlihatkan kepada Eren album foto MKQ di Indonesia. Eren kagum dan bertanya berapa lama dikerjakan? Saya jawab: "Yang ini 7 jam dan ini yang tiga macam masing-masing delapan jam."
Eren kaget, "Koq bisa?" Saya jawab, "Jangankan ini, tuh Candi Borobudur saja selesai semalam. Halid Eren tertawa ngakak ha.. ha.. Mendengar cerita itu Belaid Hamidi pun ikut ngakak "Ha.. Ha.. Ha.. "
Saya lanjutkan cerita. Kata saya, saya tanya lagi Halid Eren: "Kalau belajar Riq'ah tiga tahun, Naskhi tiga tahun, Tsulus tiga tahun.. Diwani empat tahun.... متى سيتزوج؟ (kapan mau nikahnya tuh?).”
Eren terpingkal-pingkal dan ngakak lagi ha.. ha.. ha..
Mendengar anekdot itu Belaid Hamidi tambah ngakak "Ha.. ha.. Mau nikah mah nikah aja, nulis ya terus aja nulis ha.. ha..ha.."
*Didin Sirodjudin AR, Pengasuh Pesantren Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka)