Rabu 27 Sep 2017 05:59 WIB

Momentum Keakraban Inggris dan Penguasa Muslim

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Maroko
Foto: pixabay
Maroko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Parfum merupakan satu dari sekian banyak komoditas berkualitas tinggi yang kala itu didatangkan dari dunia Islam ke Inggris. Begitu pula dengan Ibnu Mas'ud, seorang utusan dari suatu kesultanan Muslim yang datang ke Inggris dengan penghormatan yang tinggi. Barangkali, keterbukaan di bidang ekonomi dan politik itulah yang menjadikan era Ratu Elizabeth I sebagai suatu zaman keemasan Inggris, sebagaimana pendapat kalangan sejarawan.

Sebaliknya, kaum Muslim pun menerima kekuatan Inggris sebagai fakta tak terbantahkan dalam zaman itu. Pada akhir abad ke-16, seturut dengan perang Ing gris-Spanyol, Ratu Elizabeth I menerima petisi dari kaum Muslim di London.

Isinya adalah mereka ingin bergabung de ngan angkatan laut Inggris dalam meng ha dapi Spanyol. Kedigdayaan Spanyol di laut an rupanya cukup mengganggu jalur per niagaan maritim, khususnya armada-armada non-Katolik. Oleh karena itu, kerja sa ma perdagangan antara Inggris dan kesultanan Muslim dipandang memungkinkan.

Setidaknya, ada empat kongsi dagang yang memuluskan jalan bagi peningkatan hubungan komersial dan karena itu budaya antara Inggris dan dunia Islam sejak abad ke-16. Mereka adalah Turkey Company (1581, namun pada 1592 berganti nama menjadi Levant Company), Barbary Company (1585), East India Company (1600), dan Guinea Company (1588).

Perusahaan yang tersebut terakhir itu memfasilitasi para pedagang asal negeri Albion julukan Inggris dengan saudagar-saudagar Muslim. MacLean dan Matar menyebutkan, abad ke-17 merupakan momentum keakraban kembali Inggris dengan para penguasa Muslim sejak abad ke-13 atau berakhirnya Perang Salib.

Dari Maroko, Inggris mengimpor pelbagai komoditas bernilai strategis, semisal emas dan potassium nitrate, yakni bahan baku bubuk mesiu. Selain itu, jalur perdagangan dari kota-kota pesisir Maroko ke Inggris juga membawa kuda, kopi, gula, tenun sutra, rempah-rempah, karpet, manuskrip-manuskrip kuno, gading gajah, belacu, dan nila. Apalagi, secara geografis Maroko merupakan gerbang bagi pelaut Inggris yang hendak berniaga di Asia Barat (Timur Tengah).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement