Selasa 26 Sep 2017 14:43 WIB

Dabke, Nyanyian Perjuangan Palestina

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Anak-Anak Pengungsi Palestina yang bersiap mempertunjukan tarian atau dabke.
Foto: cowbird.com
Anak-Anak Pengungsi Palestina yang bersiap mempertunjukan tarian atau dabke.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sembilan orang menari rancak. Mereka melompat, menghentak, mengayun, dan mengetukkan kaki dengan irama teratur diiringi nyanyian berbahasa Arab. Lima penari laki-laki mengenakan kostum sewarna cokelat tanah. Empat penari perempuan mengenakan gaun panjang warna dasar putih berbahan satin dengan sentuhan bordir etnik.

Para penonton hanyut bersama riuh tepuk tangan yang menjeda gerakan mereka. Tarian itu menggambarkan situasi Palestina di bawah pendudukan Israel. Situasi perang selama berpuluh tahun telah mengubah banyak sisi kehidupan orang Palestina. Alih-alih kesedihan, mereka berusaha menampilkan semangat dan optimisme.

Perpaduan tari dan lagu yang disebut dabke ini merupakan salah satu budaya tradisional Palestina. Tarian berkelompok ini biasa dibawakan oleh laki-laki dan perempuan. Ia lazim dilakukan pada acara-acara sosial, seperti pernikahan dan pesta. Pada mulanya, tradisi ini khas daerah pedesaan serta berkaitan dengan siklus alami kehidupan. Dabke adalah simbol solidaritas, sukacita, ketabahan, kekuatan, dan tekad rakyat Palestina.

Pada tahun 2015 silam, di Concert Hall Balai Sarbini, Jakarta Selatan, Palestina tampil dengan wajahnya yang elok. Palestina tak melulu soal sengketa. Wilayah itu memiliki sejarah yang riuh sebagai persimpangan agama, budaya, jalur pedagangan, dan politik.

Ada kekayaan budaya yang kadang terlupakan di negara itu. Tarian itu hanya bagian kecil dari pertunjukan Malam Budaya Palestina bertajuk "Palestinian Culture Night with Asayel Folklore Troupe" yang diadakan The Institute of Democrarcy and Education (IDE), Kedutaan Besar Palestina, dan Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Asayel Folklore Troup, rombongan kesenian yang mempertunjukkan budaya Palestina pada malam itu, terbentuk mulai 1995. Mereka berkeliling dunia untuk memperkenalkan budaya Palestina ke berbagai negara di dunia. Kelompok itu sudah mengunjungi 45 negara, mulai dari Amerika Utara, Amerika Latin, Afrika, Eropa, Asia, dan negara-negara Arab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement