Kamis 21 Sep 2017 21:32 WIB

Melepas Masa Lalu

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Kabah
Foto: ROL/Sadly Rachman
Kabah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --- Sahabat kecil Rasulullah, Hakim bin Hasyim memiliki Darun Nadwah, sebuah bangunan penting dan bersejarah di Makkah. Orang Quraisy selalu mengadakan pertemuan di sana. Di gedung ini para pemimpin dan kepala suku Quraisy berkumpul untuk merencanakan melawan Nabi.

Hakim memutuskan untuk menyingkirkannya dan melepaskan diri dari hubungan masa lalu yang sangat menya kitkan baginya. Dia menjual bangunan itu seharga seratus ribu dirham. Seorang pemuda Quraisy berseru kepa danya, "Anda telah menjual sesuatu dengan nilai sejarah dan kebanggaan besar bagi orang Quraisy, paman."

"Ayo, anakku, semua kebanggaan dan kemuliaan yang sia-sia telah hilang dan semua yang tersisa dari nilai adalah takwa -kesadaran terhadap Tuhan. Saya hanya menjual bangunan itu untuk mendapatkan sebuah rumah di Firdaus. Saya bersumpah kepada Anda bahwa saya telah memberikan hasil darinya untuk dibelanjakan di jalan Allah," kata Hakim.

Teman Rasulullah ini sempat melakukan ibadah haji setelah menjadi Muslim. Dia membawa serta seratus ekor unta dan mengorbankan semuanya agar lebih dekat dengan Allah.

Pada musim haji berikutnya, dia berdiri di Arafah bersama seratus budak miliknya. Untuk masing-masing ia memberi liontin perak yang diukir "Bebas demi Allah dari Hakim bin Hasyim".

Pada musim haji ketiga, dia membawa serta 1.000 dombanya dan mengor bankan mereka semua di Mina un tuk memberi makan orang-orang mis kin agar bisa lebih dekat dengan Allah. Meskipun der mawan dengan pengorbanannya untuk Allah SWT, dia tetap me mi liki harta yang berlimpah.

Setelah Per tempuran Hunain, dia memin ta ke pada Nabi beberapa barang rampasan perang.

Nabi memberinya harta rampasan yang lebih banyak dari yang Hakim minta. Hakim adalah Muslim baru dan Nabi lebih dermawan kepada mualaf, se hingga bisa mendamaikan hati mere ka dengan Islam.

Nabi berkata kepa da nya, "Wahai Hakim, kekayaan ini me mang manis dan menarik, siapa pun yang mengambilnya dan merasa puas akan diberkati olehnya dan barang siapa me ngambil keserakahan tidak akan diberkati."

Nasihat yang baik itu tertanam dalam hati Hakim. Dia merasa malu dan berkata kepada Nabi, "Wahai Rasulullah, saya tidak akan meminta apa pun dari anda."

Selama kekhalifahan Abu Bakar, Hakim dipanggil beberapa kali untuk mengumpulkan uang saku dari baitul mal tapi dia menolak untuk mengambil uang. Dia melakukan hal yang sama selama kekhalifahan Umar bin Khattab.

Pria berjuluk Abu Hafs itu pernah berkata, "Saya bersaksi kepada Anda, hai umat Islam, bahwa saya telah memanggil Hakim untuk mengumpulkan uang jatahnya, tetapi dia menolak."

Hakim tetap pada pendiriannya. Dia tidak mengambil apa pun dari sia pa pun sampai dia meninggal du nia. Dari Nabi, dia telah be lajar kebenaran besar bahwa kepuasan adalah ke kayaan yang tidak bi sa dibandingkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement