Rabu 06 Sep 2017 08:00 WIB

Qurban Masuk Desa Mengundang Hidayah

Perjalanan menyalurkan hewan kurban ke daerah pedalaman di Maluku Utara.
Foto: Dok BMH
Perjalanan menyalurkan hewan kurban ke daerah pedalaman di Maluku Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, HALMAHERA TIMUR -- Kebahagiaan begitu nyata terpancar dari wajah mereka yang begitu lama tak disapa. “Selama 30 tahun baru kali ini ada potong kurban,” ucap dai tangguh Baitul Maal Hidayatullah  (BMH) di Maluku Utara Ustaz Nur Hadi.

Melalui program Qurban Masuk Desa,  BMH melakukan penyaluran hewan kurban ke masyarakat daerah pedalaman, yakni di Halmahera dan Mualaf Suku Togutil daerah Maba Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara.

“Daerah ini belum ada listrik dan sinyal telepon. Transportasi utama pun harus dilalui via kapal kayu yang jadwalnya satu minggu hanya beberapa kali saja. Jalan darat belum bisa tembus. Karena banyak gunung dan sungai yang belum ada jembatannya,” terang Nur Hadi dalam rilis BMH yang diterima Republika.co.id, Rabu (6/9).

Ia menambahkan, perjalanan ke lokasi sungguh tidak mudah. Berbagai rintangan harus dilalui untuk bisa menyalurkan kurban.

 

“Jalan menuju lokasi pendistribusian hewan kurban sangatlah menantang.  Kadang harus melintasi laut yang ombaknya juga tinggi-tinggi karena sedang musim angin selatan, kadang harus berani melawati jalan di tengah rawa yang banyak buayanya sendirian, bersepeda motor ke gunung yang terjal berkerikil tanpa aspal, dan bebatuan. Hanya Allah yang membuat kami bisa melintasi semua itu,” tutur Nur Hadi.

Dalam momentum Idul Adha 1438 H, di Maluku Utara BMH menyalurkan hewan kurban di beberapa tempat. “Ada empat titik pendistribusian hewan kurban di daerah ini,  yaitu Desa Patlean, Desa Wasileo,  Desa Dorosagu dan SP (Siap Pemukiman) 1,” rincinya.

Nur Hadi mengemukakan, semua bahagia dengan adanya program Qurban Masuk Desa BMH. Bahkan salah satu tempat pendistribusian hewan kurban, yaitu Desa Dorosagu (daerah minoritas Islam)  menyatakan bahwa selama 30 tahun, baru kali ini dapat kurban. Sementara di desa minoritas sekitarnya sudah 10 tahun belum pernah ada kurban.

"Alhamdulillah kami sangat senang dan berterima kasih adanya kurban ini,  karena selama 30 tahun masyarakat di sini baru bisa makan daging kurban tahun ini,” ucap tokoh dan imam masjid masyarakat di desa Dorosagu, Arifin.

Kebahagiaan ini pun bertambah ketika ada satu keluarga mau masuk Islam di hari H lebaran Idul Adha. “Ini mengejutkan kami, karena fokus kami penyaluran kurban, tapi malah ada yang mau masuk Islam. Mereka suami, istri  dan anak, masuk Islam dengan ikhlas tanpa paksaan,” tutur Nur Hadi.

Ceritanya pun sangat sederhana mengapa mereka memeluk Islam. “Jadi, anak perempuan pasangan itu yang baru umur 4 tahun sering pakai kerudung. Jika dilepas kerudungnya, seketika anak perempuannya menangis. Entah mengapa, akhirnya ayah dan ibunya menyatakan ingin masuk Islam,” urai Nur Hadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement