Selasa 05 Sep 2017 23:00 WIB

Kajian Perdana Pengajian Imam Bonjol Bahas Tafsir Alfatihah

Pengajian Imam Bonjol yang digagas sekelompok alumnus program pertukaran pelajar International Visitor Leadership Program (IVLP) digelar perdana Senin malam (4/9).
Pengajian Imam Bonjol yang digagas sekelompok alumnus program pertukaran pelajar International Visitor Leadership Program (IVLP) digelar perdana Senin malam (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengajian Imam Bonjol yang digagas sekelompok alumnus program pertukaran pelajar International Visitor Leadership Program (IVLP) digelar perdana Senin malam (4/9).

Bertempat di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pengajian perdana ini diisi dengan kajian tafsir Alquran oleh Ketua Umum BPL PB HMI Arif Maulana dan ceramah dengan tema populer oleh Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Ermarini dengan moderator ketua umum PB HMI periode 2013-2015 Arief Rosyid Hasan.

Saat memandu kajian tafsir Alquran Surah Alfatihah, Ustaz Arif Maulana merujuk "The Message of the Qur'an" karya Muhammad Asad.

Arif menjelaskan Surah Alfatihah memiliki beberapa nama lain, di antara yang paling umum dikenal adalah: Al-Sab' Al-Matsani, karena seringkali diulang-ulang dalam setiap sholat lima waktu.

Kemudian, Umm Al-Kitab, karena surah ini mengandung seluruh prinsip fundamental yang terdapat dalam Alquran salam bentuk singkat dan padat. "Sungguh pun terdapat perdebatan apakah kalimat "bismillahirrahman"  termasuk dalam bagian ayat dalam Alfatihah atau tidak, nampaknya Asad lebih menempatkannya sebagai bagian dari surat Alfatihah, sebagaimana kebanyakan para ulama," kata Ustaz Arif.

Dalam bagian awal surat ini, lanjut Ustaz Arif, Asad berusaha untuk menjelaskan kata "Arrahman" dan "Arrahim", yang menurutnya berasal dari kata "rahmah", yang berarti welas asih, kasih sayang, kelembutan cinta, dan karunia. Akan tetapi, karena dua kata ini ditempatkan secara bersamaan, sudah barang tentu ia memiliki maksud dan tujuan yang tersembunyi.

"Di sini Asad menerangkan bahwa kata "Ar-rahman" itu terbatas pada sifat limpahan Rahmat karunia yang melekat pada, dan tak terpisahkan dari, konsep wujud Allah," ujar Ustaz Arif.

Ustaz Arif menambahkan, sedangkan kata "al-rahim", mengungkapkan perwujudan dari Rahmat tersebut pada, dan dampaknya terhadap ciptaan-Nya. Dengan kata lain, Rahim itu merupakan suatu aspek dari aktivitas-Nya. "Yang menarik bahwa kata "Rahman" dan "Rahim" ini terulang kembali pada ayat ke-3, setelah Allah dalam ayat ke-2 menerangkan bahwa ia adalah "pemelihara seluruh alam" yang dalam pemahaman kita, bahwa ia adalah penguasa seluruh alam eksistensial yang ada, jelas ini menunjukan Allah Yang tinggi dan berkuasa atas segala sesuatunya," kata Ustaz Arif.

Ustaz Arif melanjutkan, "Akan tetapi justru dengan penempatan Rahman dan rahim pada ayat ke-3 itu, mengisyaratkan kepada kita, bahwa kedua Sifat Tuhan ini lebih didahulukan ketimbang sifat Tuhan lainnya. Seakan ia menjadi sifat yang utama dari Tuhan, ketimbang sifat-sifat Tuhan yang lainnya. Kita pernah mendengar ungkapan "rahmatan Lil Al-Amin" yang sering kali disandingkan dengan Islam (Islam Rahmat Lil Al-Amin)."

Tentu ini berarti bahwa kehadiran Islam adalah berwujud kan sebuah karunia bagi alam semesta, menjadi maslahat dan kebahagian untuk mereka dan lainnya. "Saya kira Ini hanya bisa terjadi manakala kita menilik kedua sifat Tuhan tadi, dalam arti lebih mendahulukan rasa welas asih, kasih sayang, dan lembut-cinta pada sesama. Ketimbang menunjukan rasa marah, benci, dan permusuhan terhadap mereka yang berbeda. Simplenya, Tuhan mengatur alam semesta dengan penuh rasa welas asih, kasih sayang, cinta dan karunia. Tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya," ujar Ustaz Arif.

Ketua Umum PP Fatayat NU, Anggia Ermarini dalam ceramahnya mengatakan saat ini kita dalam kondisi sedang tidak saling percaya, misalnya dalam konteks kampanye "Saya Indonesia, Saya Pancasila". "Kampanye seperti itu saja juga menimbulkan resisten yang luar biasa. Karena menganggap yang tidak mengatakan itu, tidak Pancasila. Padahal belum tentu," kata Anggia.  

Hal ini, menurut Anggia, konteksnya adalah karena terjadi saling tidak percaya antarelemen bangsa. "Oleh karena itu, forum pengajian seperti ini dapat dijadikan forum yang saling percaya lagi pada semuanya. Yang jelas satu, ini adalah negara kita, ini adalah bangsa kita," katanya.

Anggia mengutip istilah yang dikatakan Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari "hubbul wathon minal iman" bahwa cinta Tanah Air  adalah bagian dari iman. Anggia menambahkan nasionalisme itu juga bagian dari iman.

Menurut Anggia, dalam kondisi saling tidak parcaya itu tadi kita dituntut lebih moderat. "Moderat memang tidak mudah, karena moderat tidak kanan dan kiri. Dia di tengah-tengah. Dibutuhkan kecerdasan. Harus pintar memang," kata Anggia.

Selain itu, lanjut Anggia, pengajian ini juga sebagai ajang silaturahim. Menurutnya, pengajian ini sangat penting untuk mengechas spiritual dan merefresh akhlakul karimah. "Forum ini untuk saling mengingatkan berbuat baik. Tidak ada pengajian yang mengajak mencuri atau ngerasani orang lain," kata Anggia yang juga alumnus IVLP ini.

Menanggapi kedua narasumber, ketua umum PP KAMMI periode 2013-2015 Andriyana mengatakan pesan yang ingin disampaikan dari Pengajian Imam Bonjol ini adalah di antara sifat Allah kita harus mendahulukan sifat Rahman dan Rahim di tengah problematika yang dihadapi bangsa ini. Karena tanpa ngedepankan sifat kasih dan sayang maka persoalan yang kecil saja bisa menjadi besar. "Terutama gejolak yang terjadi di dunia maya," kata Andriyana yang juga alumnus IVLP ini.

Sebagai informasi, Pengajian Imam Bonjol digagas delapan pemuda-pemudi Muslim Indonesia, yakni Muhammad Arief Rosyid (ketua umum PB HMI periode 2013-2015), Anggia Ermarini (ketua umum PP Fatayat NU), Andriyana (ketua umum PP KAMMI periode 2013-2015) Afri Darmawan (KAMMI Medan), Marzuki (pemimpin Pondok Pesantren Al Barokah, Klaten), Muhammad Milkhan (koordinator Kiai Muda Jateng), Muhammad Fakhruddin (ketua bidang Hubungan Luar Negeri PP Pemuda Muhammadiyah), dan Yusuf Daud Risin (Sufi Centre Surabaya) yang mengikuti pertukaran pelajar IVLP ke Amerika dengan tema "Civil Society in Muslim Communities" selama 3 minggu pada Mei 2016.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement