REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Awalnya, umat Muslim adalah umat yang miskin, tanpa posisi atau prestise di masyarakat Mekah. Mereka bahkan menjadi budak. Namun kemudian Islam datang dan menawarkan kesempatan untuk memiliki persamaan dan rasa hormat.
Nabi Muhammad dengan bijak mengerti bahwa negaranya yang baru akan memiliki kesempatan lebih baik untuk bertahan, dan berkembang. Ini jika pengikutnya melek huruf dan berpendidikan tinggi.
Setelah pertempuran Badar, pertempuran pertama melawan penindas Makkah, tentara Muslim yang masih muda membawa tujuh puluh tahanan. Nabi Muhammad SAW tahu bahwa sebagian besar tahanan melek huruf dan dia menawarkan kebebasan kepada mereka yang mengajarkan sepuluh orang Muslim untuk membaca dan menulis.
Orang-orang Muslim baru mulai memahami pentingnya menerapkan panduan Quran ke dalam kehidupan mereka. Kemudian, sama seperti sekarang, keaksaraan memungkinkan mereka melihat dunia di sekitar mereka.
Mereka jadi bisa merenungkan keajaiban penciptaan, dan kemegahan Sang Pencipta. Orang-orang beriman membaca Quran untuk lebih dekat kepada Tuhan. Mereka mencari ilmu untuk menguatkan iman mereka. Mereka menerapkan pengetahuan itu untuk menyembah Tuhan, dengan penyerahan dan kepastian yang benar.
"Dan bahwa mereka yang telah diberi pengetahuan mungkin tahu bahwa itu (Alquran) adalah kebenaran dari Tuhanmu, agar mereka percaya di dalamnya, dan hati mereka dapat tunduk kepadanya dengan kerendahan hati. Dan sesungguhnya, Tuhan adalah Pemandu dari orang-orang yang beriman, ke Jalan Lurus. "(Quran 22:54)