REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam adalah agama yang peduli dengan literasi. Saat Alquran diturunkan, kata pertama yang diminta dilafalkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah iqra.
Iqra berarti baca, pelajari, mengerti. Di sebuah gua, di luar Makkah, malaikat Jibril menuntut Rasulullah agar dia membaca. Kala itu Nabi Muhammad SAW gemetar dan mengatakan ia tak bisa membaca atau menulis.
"Baca baca! Dalam nama Tuhanmu, yang telah menciptakan (semua yang ada). Dia telah menciptakan manusia dari bekuan darah (sepotong darah tebal). Baca baca! Dan Tuhanmu Maha Pemurah, yang telah mengajarkan, Dia telah mengajarkan manusia yang dia tidak tahu." (Alquran 96: 1-5)
Nabi Muhammad tidak pernah belajar membaca atau menulis tapi dia mengerti pentingnya literasi. Meskipun mayoritas orang Arab pada saat itu buta huruf, mereka memiliki kecakapan kata-kata yang kuat dan fasih.
Orang Arab menguasai kata-kata yang diucapkannya. Mulai dari puisi, cerpen, dan menghafal silsilah. Mengenal literasi adalah bakat alami.
Orang-orang Muslim percaya bahwa kata-kata Alquran adalah kata-kata Tuhan secara harfiah. Melestarikannya selalu menjadi perhatian utama. Di masa awal, ayat-ayat Alquran dihafalkan. Penyebarannya dari mulut ke mulut. Namun kemudian, para sahabat Nabi mulai menuliskannya.
Mereka menulis di kulit kayu, tulang, kulit hewan, dan bahkan batu. Inilah yang mengantarkan pada era baru keaksaraan.