Rabu 30 Aug 2017 20:15 WIB

Di Masa Lalu, Etiopia Pusat Peradaban Besar dan Maju

Peninggalan di Aksum, Etiopia.
Foto: wordpress.com
Peninggalan di Aksum, Etiopia.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Saat ini, Etiopia boleh dikatakan sebagai salah satu negara dengan perekonomian yang terbelakang di dunia. Namun siapa sangka, pada masa lalu negeri ini pernah menjadi tempat tumbuhnya peradaban yang besar dan maju.

Adalah Kerajaan Aksum, lokasi tumbuhnya peradaban itu. Para peneliti memperkirakan, kerajaan yang pusatnya berada di Addis Ababa ini berjaya sejak beberapa abad Sebelum Masehi hingga abad ke-6 Masehi.

Pada masa keemasannya, wilayah kekuasaan Aksum meliputi kedua sisi Laut Merah. Perekonomian kerajaan ini dikenal sangat maju karena letaknya yang sangat strategis sebagai pusat jaringan perdagangan. Rakyat kerajaan ini juga hidup sejahtera berkat sumber daya pertanian serta penambangan emas dan gading. Pada masa kejayaan Romawi Kuno, Aksum menjadi mitra dagang para saudagar Italia karena kedekatan geografis kedua negara.

Para peneliti juga berupaya mencari tahu kepercayaan yang dianut rakyat dan penguasa Aksum. Diyakini, Aksum menjadi saksi perkembangan agama Kristen yang mendominasi Kekaisaran Romawi sekaligus menjadi saksi kebangkitan Islam yang dibawa orang-orang Arab.

Pada masa itu, Aksum juga sudah memiliki peradaban maju. Kerajaan ini berkontribusi besar di berbagai inovasi dalam bidang arsitektur. Para sejarawan menyebut, Kerajaan Aksum menggunakan keramik yang indah saat membangun istana dan bangunan lain untuk rakyat. Keramik ini pun menjadi salah satu mata dagangan dari Kerajaan Aksum dalam interaksi dagang dengan kerajaan lain, seperti Yunani dan Romawi.

Peninggalan lain dari Kerajaan Aksum adalah mata uang mereka yang berupa koin berbentuk bantalan, dilengkapi gambar-gambar legenda dalam kebudayaan mereka. Bukti ini menunjukkan, Aksum memiliki seni budaya yang tinggi. Mereka juga sudah mengenal sistem politik dan ekonomi yang cukup baik.

Tak banyak pemimpin Aksum yang dapat ditelusuri oleh para peneliti. Namun, satu yang diketahui punya pengaruh kuat dan disegani oleh kerajaan lain adalah Raja Haile Selassie. Berjuluk ''raja dari segala raja'', ia mampu membawa Aksum memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke pesisir Arab Saudi dan Yaman.

Pada abad pertama Masehi, kerajaan ini pernah mendapat persaingan pengaruh dari Kerajaan Nubia yang berpusat di Sudan. Menguatnya Kerajaan Mesir juga memaksa Aksum harus puas hanya menguasai kawasan Meroe. Aksum pun tak mampu mengakses jalur ke Sungai Nil karena jalur tersebut dikuasai sepenuhnya oleh Kerajaan Mesir dan Nubia.

Namun, hal itu tak membuat Aksum surut. Pada masa itu, raja-raja Aksum justru berhasil memanfaatkan wilayah kekuasaannya di Laut Merah untuk membuka jaringan dagang dengan dunia internasional. Kecerdikan dalam berdagang ini membuat Aksum tetap bertahan hingga beberapa abad lamanya.

Keuntungan lain yang didapat Aksum adalah kerajaan ini menjadi tidak terlibat saat kawasan Afrika Utara memanas karena ekspansi kerajaan-kerajaan Arab dan Persia. Alhasil, ketika Kerajaan Mesir dan Nubia runtuh, Aksum tetap berdiri dan terus menjalin kerja sama dengan kerajaan lain sebagai mitra dagang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement