Kamis 24 Aug 2017 18:43 WIB

Rileks Sejenak di Hammam Abad Pertengahan

Hammam as-Salamiyah
Foto: Wikipedia
Hammam as-Salamiyah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Hammam, dalam sejarah peradaban Islam pada abad pertengahan, memiliki fungsi vital. Elizabet Williams dalam History of Hammams, menulis kamar mandi tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat pemandian, tetapi juga memasyarakatkan hidup sehat dan higienis. Sebagian masyarakat kala itu juga menggunakan kamar mandi sebagai lokasi pertemuan untuk bersosialisasi.

Di kawasan Mediterania, kamar mandi umum memiliki akar sejarah yang kuat dengan teknologi dan konsep yang cukup brilian. Pengaruh Romawi cukup mewarnai arsitektur pemandian tersebut. Ini tak terlepas dari dominasi Romawi kala itu dari Eropa, Afrika Utara, hingga Mediterania Timur.

Konsep pemandian itu terdiri dari ruang penerima tamu. Ruangan yang disebut pula apodyterium itu mengantarkan pengunjung ke sejumlah ruang utama, yaitu air panas (caldarium), air  hangat (tepidarium), dan air dingin (frigidarium).

Hilal al-Sabi mencatat, pada abad pertengahan pemandian umum menjadi bagian penting dalam komunitas masyarakat, dan sebagian besarnya dibangun dengan kualitas yang sedemikian rupa. Sejumlah sejarawan mendeskripsikan letak pemandian itu, berdampingan dengan sekolah, taman, dan masjid dengan tata letak yang sangat apik.

Di Baghdad, ketika itu terdapat 60 ribu pemandian umum. Gaya dan dekorasi itu juga tetap dipertahankan pada masa kepemimpinan Ottoman, dengan sejumlah inovasi dan teknologi pendukung.

As-Salamiyah

Pemandian umum di As-Salamiyah memiliki gaya arsitektur yang unik. Sejarawan menduga, konsep dan pembangunannya dimulai di Era Dinasti Ayyubiyah. Dekorasinya memadukan corak Bizantium dan gaya Mediterania.

Letaknya berada di pusat Kota as-Salamiyah, berdekatan langsung dengan Benteng Bizantium. Pemandian ini dilengkapi dengan fasilitas air panas, hangat, dan dingin. Selain sebagai tempat kesehatan, fasilitas umum ini juga digunakan sebagai tempat pertemuan warga. Sayang, akibat perang saudara tak berkesudahan di Suriah, nasib peninggalan bersejarah itu belum diketahui hingga ini.   

Hammam di Mughal

Sebuah lukisan ditemukan pada 1994 yang menggambarkan desain megah kamar mandi di Era Mughal, India. Struktur asli adalah ruang oktagonal dengan kubah oculus. Kubah itu sendiri telah dihiasi dengan popok-pola grid. Dinding bawah diartikulasikan dengan lengkungan tersembunyi dan dihiasi marmer dengan motif bunga merah dan hijau.

Lantai batu telah didekorasi dengan pola grid dengan mawar pusat dan dekorasi sentral yang menyerupai karpet. Untuk struktur dasar ini, pemilik baru telah menambahkan piano dan bangku di depan jendela. Dalam sebuah ceruk di lengkungan di balik piano adalah kumpulan dari kaca dan batu benda mereka.

El-Basha

"Hamam al-Basha" dibangun pada akhir abad ke-18 oleh Gubernur Acre, Jazzar Pasha. Penamaan semula adalah Hama al-Jadid, lalu diubah ke Hamam al-Basha untuk menghormati el-Jazzar. Konstruksi kamar mandi bergaya Turki ini merupakan bagian dari transformasi Acre selama Periode Ottoman. 

Selama sekitar 150 tahun—dari awal Perang Kemerdekaan 1948, Hamam berfungsi sebagai rumah mandi yang aktif. Selain fungsi agama guna memenuhi perintah bersuci sebelum shalat, Hamam juga berfungsi sebagai situs untuk pertemuan sosial, istirahat, hiburan, dan perayaan,  termasuk lokasi saling bertukar gosip-gosip baru seputar sosial, politik, dan kekuasaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement