Kamis 10 Aug 2017 16:00 WIB

Ketum GP Ansor Bantu Biaya Kontrak Rumah Ponpes Al-Kasyaf

Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas meyampaikan paparannya pada Dialog Pencegahan Faham Radikal Terorisme dan ISIS bagi Pemuda Ansor se- Jawa Tengah di Balai Diponegoro, Semarang, Kamis (28/4).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas meyampaikan paparannya pada Dialog Pencegahan Faham Radikal Terorisme dan ISIS bagi Pemuda Ansor se- Jawa Tengah di Balai Diponegoro, Semarang, Kamis (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Puluhan santri dari Pondok Pesantren (Ponpes) Yatim Piatu Al-Kasyaf terpaksa tidur di teras rumah, karena rumah yang disewa untuk pesantren mereka habis kontraknya. Ponpes tersebut beralamat di Komplek Vijaya Kusuma, Jalan Desa Cipadung, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, Jabar. Lokasinya yang lumayan jauh dari pusat kota dan bersebelahan dengan wilayah Kabupaten Bandung.

Kondisi memprihatikan ini menggerakkan hati Ketua Umum GP Ansor NU Yaqut Cholil Qoumas untuk membantu. "Setelah mendengar kabar ini, saya perintahkan sahabat-sahabat Ansor di Jawa Barat bergerak menuju lokasi, langsung membantu, saya pribadi membantu biaya kontrak rumah yang insya Allah cukup untuk satu tahun," kata Gus Yaqut, sapaan akrabnya, dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (8/10).

Selain membantu biaya kontrak rumah, keponakan kiai kharismatik NU, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) itu juga membelikan mesin foto copy untuk pesantren al-Kasyaf.

"Kami juga membelikan mesin foto copy, karena pesantren ini peduli pada dunia literasi yang mendidik santri-santri berkarya dalam tulisan yang diperbayak dan diedarkan secara terbatas." tambah Ketum GP Ansor yang sekaligus Panglima Tertinggi Banser NU ini.

Menurut catatan Ansor NU, Pimpinan Ponpes bernama Kiai Giovani Van Rega. Lulusan IAIN Bandung S1 dan S2 jurusan filsafat dan pemikiran Islam, dan sedang melanjutkan S3 ilmu agama Islam dan alumni Ponpes Darul Ma'arif Ciamis. Jumlah santri yang diasuh 80 orang, makan kebutuhan sehari-hari, sekolah dibiayai oleh donatur dan hasil ceramah dari pimpinan pesantren.

Yang unik dari Ponnpes ini sangat menjunjung tinggi literasi baca buku dan mewajibkan seluruh santri nya setiap bulan membuat buku dengan temanya bebas. Yang menjadi permasalahan ponpes ini masih mengontrak rumah sejumlah 7 rumah yang letaknya berbeda-beda yang mana rumah tersebut dijadikan pondokan dan aktivitas belajar mengajar, 4 rumah untuk santriwan, 3 rumah untuk santriwati.

"Dari semuanya, cuma tiga rumah saja yang memang habis waktu sewanya. Sisanya masih aman," kata Kiai Giovani, pengasuh Pesantren yang berusia 37 tahun ini.

Tiga rumah habis masa sewa kontraknya dan menurut keterangan Kiai Geovani yang empunya rumah tidak akan disewakan lagi sedangkan apabila mengontrak di tempat lain yang berdekatan biaya sewa rumah sudah naik/mahal di angka 25 juta/tahun.

Karena kondisi keuangan di ponpes sekarang tidak mencukupi maka 35 santri terpaksa menggunakan teras rumah untuk tidur dengan alas seadanya dan bahkan memasang tenda sederhana. Kondisi tersebut sudah berlangsung selama 2 pekan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement