Rabu 02 Aug 2017 14:00 WIB

Bila Ulama Tergelincir

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Ulama sangat berperan dalam pembinaan umatnya (Ilustrasi)
Foto:

Usai peristiwa pengenggelaman Firaun di laut, Nabi Musa AS beserta rombongan dari Bani Israel mengembara. Tibalah Musa bersama puluhan ribu pengikutnya itu di Kan'an, salah satu wilayah di Syam, kini Suriah. Mendengar kabar itu, penguasa setempat merasa khawatir dan takut peristiwa kekalahan Firaun akan menimpa mereka juga. Informasi kedatangan Musa itu pun memunculkan keresahan yang luar biasa di tengah-tengah masyarakat.

Akhirnya, berdasarkan hasil musyawarah, pemerintah setempat memutuskan untuk meminta bantuan Bal'am agar mengalahkan Musa dengan doanya yang terkenal manjur. “Engkau adalah orang yang doanya makbul maka doakanlah mereka dengan keburukan,” kata delegasi pemerintah kala menghadap Bal'am.

Semula, masih tersimpan moralitas dan keteguhan iman dalam hati Bal'am. Ia menolak permintaan itu. Bahkan, ia sempat marah dan tidak terima. Sebab, Bal'am paham betul yang bersama Musa adalah Allah beserta malaikat-Nya dan orang-orang beriman. Bagaimana mungkin Bal'am mendoakan nasib buruk menimpa mereka.    

Namun, penguasa tidak tinggal diam, mereka menggunakan segala cara untuk membujuk sang ulama. Termasuk, mempergunakan istri Bal'am untuk memuluskan permohonan aneh tersebut.

Sang raja memberikan materi melimpah kepada istri Bal'am. Bujuk rayu dan tipu daya diupayakan istrinya. Hingga suatu ketika, istrinya mogok untuk melayani kebutuhan sehari-hari Bal'am. Ini membuatnya bertanya-tanya, apa di balik aksi tak biasa yang dilakukan istrinya tersebut. “Lakukanlah apa yang dipinta raja,” kata sang istri.

Di titik inilah, akhirnya hati Bal'am luluh. Gelimang harta dan rayuan istrinya membuat ia menggadaikan segalanya. Dengan mengendarai keledai kesayangannya, ia berkendara menuju Gunung Husban, lokasi Musa dan rombongan menetap sementara.

Tidak lama kemudian, tiba-tiba keledainya berhenti. Atas izin Sang Khaliq, binatang berkaki empat itu pun berbicara. “Celakalah kamu wahai Bal'am, hendak pergi ke mana kamu? Apakah kamu tidak melihat para malaikat di depanku yang memalingkan wajahnya? Apakah kamu hendak menemui Nabi ? Dan, orang-orang mukmin untuk mendoakan dengan sesuatu yang buruk?” kata keledai.

Akibat terbelenggu nafsu, Bal'am menghiraukan ucapan keledainya. Ia tetap berjalan menuju Puncak Husban, bahkan dengan cara menyakiti keledainya. Sesampainya di Puncak Husban, ia berdoa seperti permintaan warga Kan'an agar Musa celaka. Tetapi, justru doa itu, atas seizin Allah, diubah hingga Bal'am malah mendoakan keburukan bagi Kan'an. 

Mendengar hal itu, kaum Kan'an kaget. “Hai Bal'am, apa yang kamu lakukan? kamu telah mendoakan dengan sesuatu yang baik kepada mereka dan mendoakan sesuatu yang buruk untuk kami?” kata mereka.

Bal'am sadar bahwa doa itu keluar di luar kuasanya. Ia pun akhirnya membuat tipu daya dengan mengumpulkan segenap perempuan agar melakukan perzinahan massal. Salah satu perempuan itu ialah Kasbi binti Suar, tetapi Nabi Musa AS terjaga dari perbuatan nista tersebut. Peristiwa itu pun terjadi dan mengakibatkan sanksi fisik ataupun nonfisik.

Sanksi fisik ialah penduduk Kan'an sempat terkena wabah kolera yang menewaskan tak kurang dari 70 ribu penduduk ketika itu. Dan, hukuman nonfisik, akibat kemujaraban doa Bal'am, Nabi Musa AS beserta pengikutnya tersesat di Lembah Tih (di sekitar Sinai, Mesir), selama 40 tahun.

Kejadian luar biasa ini pun sontak membuat Musa terheran-heran, apa gerangan penyebabnya. "Bersumber dari doa Bal'am," jawab Allah kepada Musa. Musa pun akhirnya berdoa agar Allah berkenan mencabut keimanan dari hati Bal'am. Doanya pun dikabulkan, sang ulama yang zalim meninggal dalam kondisi kafir dan lidahnya menjulur seperti anjing.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement