Jumat 28 Jul 2017 08:04 WIB

Bilal bin Rabah dan Kekuatan Iman

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Ilham Tirta
Masjid Nabawi, ilustrasi
Foto:

Sampai lah kabar tentang siksaan yang dialami Bilal bin Rabah kepada Rasulullah SAW dan para sahabat. Saat itu, Abu Bakar ash-Shiddiq langsung mendatangi tempat penyiksaan. Benar saja, batu besar masih menindih tubuh Bilal. Luka-luka meliputi tubuhnya yang semakin lemah tak berdaya. Segera Abu Bakar mendatangi majikan Bilal dengan niat untuk membeli kebebasan budak tersebut.

"Apakah kalian akan membunuhnya hanya karena ia mengucapkan Ahad, meyakini bahwa Allah adalah Tuhan?" tanya Abu Bakar kepada Umayah bin Kalaf, si majikan itu.

Tanpa ragu, Abu Bakar mengeluarkan uang yang jumlahnya melampaui harga kebebasan Bilal. Umayah tidak melihat alasan untuk mempertahankan budak yang sudah disiksanya habis-habisan itu. Jelas, bagi Umayah dan gerombolan musyrikin itu nyawa manusia tidak seberapa ketimbang harta. Mulai saat itu, Bilal menjadi seorang Muslim yang merdeka.

Abu Bakar lantas membimbing Bilal untuk bangkit. Ia membawanya ke kediaman Rasulullah SAW. Dia berikrar di hadapan Rasulullah SAW bahwa akan selalu membela dan menerima Islam sebagai agamanya. Inilah watak

militan yang begitu besar, meskipun saat itu jumlah kaum Muslim masih tidak sebanding di hadapan kaum musyrik Makkah.

Muhammad Abdul Rauf menjelaskan, karakteristik Bilal bin Rabah sebagai seorang laki-laki berbadan tegap. Kulitnya hitam, rambutnya keriting hitam dan memiliki tatapan mata yang meneduhkan. Satu yang istimewa dari Bilal adalah suaranya. Orang-orang menikmati bagaimana Bilal membacakan ayat-ayat suci Alquran. Sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang lain senang berinteraksi dengannya, tidak memandang diri Bilal sebagai mantan budak.

Bilal bin Rabah pun selalu menyertai Rasulullah SAW. Termasuk ketika umat Islam mesti hijrah dari Makkah ke Madinah.

Di sinilah peristiwa yang akan mencatatkan nama Bilal dalam sejarah Islam. Perintah shalat lima waktu telah turun. Rasulullah SAW mengimbau seluruh kaum Muslim untuk mematuhinya. Saat itu, Masjid Nabawi belum lama berdiri di Madinah. Rasulullah SAW pun merundingkan dengan para sahabatnya bagaimana cara memanggil kaum Muslim untuk shalat berjamaah di masjid.

Ada sejumlah saran. Di antaranya dengan menggunakan terompet, sebagaimana orang-orang Yahudi. Ada pula saran membunyikan bel, seperti orang Nasrani. Namun, pada akhirnya saran yang diterima adalah dengan suara orang menyeru dengan lafaz yang telah ditentukan Rasulullah SAW. Itulah awal mulanya azan.

Rasulullah SAW mempercayakan Bilal bin Rabah untuk mengemban tugas azan. Sebab, suara Bilal yang lantang tetapi merdu itu sesuai. Hati siapapun yang mendengarkannya mesti bergetar. Di tempat tinggi dekat bangunan Masjid Nabawi, Bilal bin Rabah mengumandangkan azan pertama dalam sejarah Islam.

Kesetiaan Bilal dengan tugasnya itu terus berlangsung. Dan seperti para sahabat Rasulullah SAW yang lain, Bilal pun selalu mendampingi Nabi SAW di setiap jihad. Pada akhirnya, umat Islam berhasil membebaskan Makkah dari kekuasaan kaum musyrik. Rasulullah SAW memimpin pasukan Muslim memasuki kota kelahirannya itu. Tidak ada

darah tertumpah dalam penaklukkan Makkah. Kaum Muslim hanya menyasar simbol-simbol durjana, segenap berhala yang selama ini disembah orang-orang musyrik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement