REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi syariah dinilai mampu menjawab permasalahan kesenjangan ekonomi di Indonesia. Zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf) dari sektor keuangan sosial syariah diyakini dapat menghapus kesenjangan sosial.
Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo, mengatakan apabila ziswaf dioptimalkan maka dapat berfungsi sebagai mesin penggerak baru bagi pembangunan bangsa ini.
"Ziswaf jika dikelola dengan tepat akan dapat berperan aktif dalam mewujudkan distribusi pendapatan dan distribusi kesempatan, serta pemberdayaan masyarakat secara inklusif," ujar Agus DW Martowardojo dalam diskusi panel Peran Ekonomi Syariah dalam Arus Baru Ekonomi Indonesia di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (24/7).
Ziswaf sebagai bentuk partisipasi aktif sosial masyarakat berpotensi mendukung berbagai program investasi nasional yang terkait dengan kepentingan publik, seperti pembangunan infrastruktur, rumah sakit, maupun fasilitas publik lainnya. Selain ziswaf, Indonesia juga memiliki begitu banyak pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya yang apabila dioptimalkan dapat berperan sebagai para pelaku, pendidik, dan penggiat ekonomi syariah yang handal.
Menurut dia, lembaga-lembaga pendidikan Islam ini tidak hanya memiliki potensi sumber daya insani yang besar. "Namun juga memiliki kemampuan distribusi yang luas dengan melibatkan perekonomian masyarakat disekitarnya hingga ke unit ekonomi yang terkecil," jelas Agus.