Kamis 20 Jul 2017 00:13 WIB

Wajah Baru 'Madrasah' Pemulung Pondok Labu

Madrasah pemulung Pondok Bambu
Foto: dok. Kemenag.go.id
Madrasah pemulung Pondok Bambu

REPUBLIKA.CO.ID, Di sudut pemukiman kumuh yang dihuni puluhan kepala keluarga pemulung, tampak sebuah bilik berdinding batako baru berdiri. Lantai keramik berwarna putih, baru selesai terpasang beberapa hari lalu. Bau cat dinding pun masih tercium seiring tiupan angin yang berhembus.

Poster-poster bergambar huruf hijaiyah, huruf abjad serta deretan angka, tampak menghiasi dinding bagian dalam. Ruangan ini makin meriah dengan hiasan-hiasan dinding dari kertas warna-warni. Pemandangan ini, biasa kita temui di ruang-ruang kelas madrasah.

Ya, ruangan ini memang “madrasah”. Ini wajah baru “madrasah” pemulung Pondok Labu, Jakarta Selatan. Tapi, madrasah ini tetap berbeda dengan madrasah formal yang ada. Tanpa meja dan kursi layaknya ruang kelas, di bilik ini warga kampung pemulung mulai merasakan arti pendidikan.

Adalah Komunitas Rumah Penyuluhan Kreatif (RPK) yang pertama kali memulai ikhtiar mengenalkan pentingnya arti pendidikan bagi warga kampung ini. Di bilik ini, para penyuluh agama fungsional yang tergabung dalam RPK melaksanakan program mingguannya.

Anak-anak usia sekolah yang biasanya memulung, belajar mengaji, dan berhitung. Ibu-ibu yang semula mengisi hari-hari hanya untuk berburu barang bekas demi menyambung hidup, kini mulai belajar mengenal Sang Maha Pemberi Kehidupan.

Beberapa bulan lalu, bilik ini masih berlantai tanah, berdinding kardus-kardus bekas, dengan atap yang sangat pendek. Namun, itu tak menghalangi para penyuluh agama fungsional yang berada di wilayah binaan Kantor Urusan Agama (KUA) Cilandak ini untuk memulai berjihad.

Kesadaran bahwa tiap warga negara berhak memperoleh pendidikan, serta panggilan jiwa sebagai penyuluh agama fungsional, mendorong Dzurrotun Ghola, Ferry, Izza dan Ridwan untuk memulai program-program pendidikan bagi warga kampung ini. Usaha tanpa lelah serta niat ikhlas melayani membuat mereka terus bertahan, melaksanakan tugas pembinaan. Perlahan, usaha tersebut pun mulai berbuah hasil.

Warga kampung pemulung yang semula “alergi” untuk belajar, kini malah  bersyukur dengan kehadiran para penyuluh. "Alhamdulillah ada ibu yang dateng ngajarin baca. Jadi anak-anak gak buta huruf," tutur Ruhyati, belum lama ini.

“Jangan sampai mereka nasibnya gini-gini aja,” sambung perempuan asal Cilacap yang memiliki 4 orang anak ini sambil menyeka matanya yang mendadak sembab.

Beberapa pihak pun kini turut tergerak. Putri dan Reni misalnya, dua mahasiswa yang sekarang aktif membantu program-program RPK. Bersama beberapa temannya sesama mahasiswa, mereka berdua ikut mengajar anak-anak di sana. Kepedulian terhadap pentingnya pendidikan bagi kaum marginal, membuat mereka antusias untuk membantu.

“Ingin bisa bermanfaat dengan ikut mengajar adik-adik di sini,” tutur Putri ketika ditemui usai mengajar.

Bantuan juga mulai diberikan para donator sehingga komunitas ini dapat merenovasi ruang belajar. “Ada dana yang terkumpul dari beberapa donatur Mba. Alhamdulillah cukup untuk renovasi ruang belajar ini,” kata Ghola.

Renovasi yang baru dilakukan, menurut Ghola, memakan biaya kurang lebih Rp 8juta, dan itu diperoleh dari donatur. Donasi yang diberikan bukan hanya berupa uang, tetapi juga tenaga. Sebagian warga berkenan menjadi tukang dan dibayar di bawah harga pasaran. Pekerjaan semakin ringan karena antusiasme anak-anak dalam ikut memberikan bantuan.

“Anak-anak seneng banget Mbak, ruang belajar mereka nyaman sekarang,” cerita Ghola. Kegiatan majelis taklim untuk  ibu-ibu pun lebih nyaman dilaksanakan di ruang belajar baru itu. Pancaran semangat dan bahagia yang tampak dari wajah warga kampung pemulung ini, merupakan salah satu harapan dari RPK.

Keberadaan ruang belajar baru ini, diharapkan dapat menambah motivasi warga untuk terus belajar dan mengaji. Para penyuluh di RPK sendiri berkomitmen untuk terus mengembangkan program bagi kelompok yang dapat dikategorikan sebagai komunitas rentan di Ibukota ini.

Beberapa program pengembangan dan pemberdayaan ekonomi bagi warga pun akan mulai dikerjakan RPK. “Mereka harus mandiri, berdikari. Ini kewajiban kami untuk memperhatikan mereka,” tegas Ghola.

Untuk itu, RPK pun akan tetap menjalin kerjasama dengan beberapa pihak, seperti kelompok mahasiswa volunteer, donatur dan pihak lain yang dapat mendukung progam-program tersebut.                      

Kepala Kanwil Kemenag DKI Jakarta Abdurrahman mengapresiasi terobosan RPK dalam membina warga kampong pemulung. Menurutnya,  banyak penyuluh agama di DKI Jakarta yang telah bekerja keras. Selain di komunitas-komunitas kaum marginal, mereka juga melakukan tugas pembinaan di lembaga pemasyarakatan, rumah sakit, dan tempat lainnya.

“Saya yakin ke depan akan makin banyak penyuluh agama yang turun ke semua lapisan masyarakat,” ujarnya.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement