REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan konsep khilafah dapat diwujudkan dalam bentuk persatuan dan kebersamaan umat Islam sedunia. Muslim bersatu dalam kemajemukan mencerminkan kesatuan visi kehidupan global berdasarkan nilai-nilai Islam.
"Bahwa khilafah dipahami sebagai kekuasaan politik atau lembaga politik-pemerintahan tidak menjadi kesepakatan ulama, hanya beberapa ulama yg berpendapat demikian," kata Din lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan konsep khilafah dalam Islam dapat diterapkan dalam bentuk adanya lembaga mondial yang mempersatukan seluruh umat Islam, seperti Vatikan mempersatukan umat Katolik sedunia.
Menurut dia, umat Katolik di negara manapun sangat tunduk dan patuh kepada Vatikan tanpa mengabaikan sistem nasional masing-masing bangsa. "Saya mengusulkan kepada umat Islam termasuk Hizbut Tahrir untuk mentransformasi 'khilafah 'alamiyah' mereka ke dalam bentuk seperti Vatikan," kata dia.
Menurut Din, interaksi aktif Vatikan beberapa tahun terakhir ini menjadikannya lembaga yang sangat berpengaruh, baik dalam urusan keagamaan maupun nonkeagamaan, termasuk ekonomi, politik dan budaya.
"Memang Vatikan memisahkan antara agama dan politik, tapi Vatikan 'berfungsi dan diperlakukan sebagai negara'. Buktinya, ada Kedutaan Besar Tahta Suci di banyak negara termasuk Indonesia dan ada Kedutaan Besar banyak negara termasuk Indonesia di Vatikan," kata dia.
Dia mengatakan kedutaaan-kedutaan tersebut mengurusi masalah-masalah bilateral baik keagamaan, maupun politik, ekonomi dan budaya. Vatikan juga terlibat dalam banyak masalah peradaban seperti konflik, kemiskinan, pengungsi dan SDGs.
Bagi umat Islam yang ingin membentuk khilafah mondial, kata dia, dapat meniru Vatikan dengan mentransformasi konsep khilafah ke dalam suatu lembaga mondial tanpa menegasi sistem nasional masing-masing negara walau tidak semua Muslim mau bergabung.
Dia mengatakan hal itu menjadi solusi terhadap masalah hubungan khilafah dan negara Pancasila. Khilafah tidak diabaikan tapi Negara Pancasila tetap ditegakkan. Dari dulu, bagi umat Islam, integrasi wawasan keagamaan dan wawasan keindonesiaan sudah melekat.
"Saya pribadi melihat bahwa hal itu tidak mudah karena watak umat Islam, khususnya Sunni, kurang bersifat paternalistik dan sentralistik serta otonomi/egoisme masing-masing-masing bangsa bahkan organisasi sangat kuat," kata dia.
Namun, kata Din, semangat Kekatolikan atau budaya Vatikan yang mampu merajut kesatuan, persatuan dan kebersamaan bagus ditiru. Mungkin, kekhalifah Islamiyah baru memerlukan pemersatu, penengah dan kekuatan mediasi.