Kamis 13 Jul 2017 21:00 WIB

Eksistensi Islam di Armenia

Masjid Goy, Armenia.
Foto: worldbulettin.com
Masjid Goy, Armenia.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Armenia, negara kecil di Eropa ini pernah menjadi wilayah kekuasaan Turki Usmani. Lokasinya yang berdekatan dengan Timur Tengah membuat Armenia telah mengenal Islam sejak abad ketujuh. Saat ini, Muslim masih eksis di negara perbatasan Asia dan Eropa tersebut meski hanya sebagai kelompok minoritas.

Menurut data dari Library of Congress, jumlah Muslimin sekitar empat  persen dari populasi. Namun, angka ini dihitung dari jumlah etnis Kurdi dan Azeris yang ada di Armenia. Adapun menurut laman Muslim population, Muslim Armenia menempati tiga  persen dari total populasi. Adapun berdasarkan PEW Forum, Muslim Armenia di bawah 0,1 persen, atau hanya berjumlah seribu orang.

Dalam sejarah, Armenia memang salah satu wilayah yang menjadi dakwah Kristen awal. Negara seluas 29.743 kilometer persegi tersebut memiliki tradisi Gereja Armenia yang lahir sejak abad pertama Masehi. Tak heran jika saat ini lebih dari 93 persen warganya menganut agama Kristen, lebih khusus Gereja Apostolic Armenia. Bahkan hingga kini, Armenian (orang Armenia) selalu diidentikkan dengan Kristen.

Islam masuk ke Armenia saat era pembukaan Islam, yakni sekitar abad ketujuh. Saat itu, bangsa Arab berhasil memasuki Armenia, tapi pemerintahan masih dipegang penguasa setempat. Hingga kemudian seorang gubernur Muslim dikirim untuk memerintah di sana. Tak ada paksaan agama, pemerintah Muslim memberikan kesepakatan damai.

Di abad kedelapan, telah banyak bangsa Arab dan etnis Kurdi yang menetap di wilayah Armenia. Mereka tersebar di kota-kota utama. Hingga kemudian sekitar abad ke-11, Bani Seljuk berhasil menguasai Armenia. Di bawah Seljuk membuat banyak warga Armenia memeluk Islam.

Ketika Turki Usmani mengambil alih, posisi Muslim makin menguat di Armenia. Wilayah tersebut resmi masuk menjadi bagian wilayah Islam. Terdapat sejarah kelam yang masih tak dapat dipastikan kebenarannya, yakni peristiwa berdarah genosida Armenia. Namun, sejarah tersebut pun ditolak Pemerintah Turki hingga kini. Hanya sebagian negara Barat yang menuding adanya genosida dalam sejarah Turki Usmani di Armenia.

Pada sekitar tahun 1900, Muslimin banyak meninggalkan Armenia. Etnis Kurdi dan Azerbaijan yang masih bertahan di sana meski secara berangsur mereka juga meninggalkan negara yang pernah menjadi bagian Uni Soviet tersebut. Lalu, ketika Armenia merdeka, Muslimin didominasi dari Iran, yang lokasinya memang bertetangga dengan Armenia. Saat ini, jumlah Muslimin sangat sedikit dengan didominasi etnis Kurdi dan Azeris.

Disarikan dari PUsat Data Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement