Sabtu 01 Jul 2017 09:18 WIB

Rentan Islamofobia, Muslimah AS Tegaskan Komitmen Berjilbab

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Muslimah Amerika/ilustrasi
Foto: getreligion.com
Muslimah Amerika/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHNGTON DC -- Sejumlah Muslimah yang tinggal di Norhter Virginia mengaku, tidak akan berhenti mengenakan jilbab. Hal itu ditegaskan walau beberapa waktu lalu terjadi pembunuhan remaja Muslim dekat masjid yang diduga didasarkan rasial.

Sayangnya, polisi setempat masih belum menunjuk pembunuhan itu sebagai kejahatan kebencian. Menurut Washington Post, investigasi kejahatan kebencian baru dilakukan kalau ada bukti lain yang kuat.

Usai insiden itu, Noorulain Iqbal, salah seorang Muslimah di Washington mengaku, dinasehati bibinya untuk tidak memakai jilbab karena khawatir. Tapi, ia teguh akan jilbabnya dan mengatakan kalau itu merupakan identitas dirinya.

Untuk itu, Noorulain menekankan, tidak akan melepas jilbabnya, tidak peduli betapa takunya dia. Namun, dia memang lebih hati-hati di tempat umum dan sejak saat itu mengaku takut untuk ke luar pada malam hari.

"Saya memang takut untuk pergi ke luar," kata Noorulain seperti dilansir Associated Press of Pakistan, Sabtu (1/7).

Batool Mahmud (23), Muslimah dan seorang ahli gigi mengaku, miliki pengalaman buruk saat sekolah. Hal itu terjadi saat sekelompok remaja menarik jilbabnya, sama seperti yang menimpa Nebra, korban meninggal beberapa waktu lalu.

"Tapi, saya tidak takut," ujar Batool yang menilai menurunkan jilbab sama artinya takut menyatakan diri sebagai Muslim.

Institute for Social Policy and Understanding (ISPU) baru melakukan survei kepada sekitar 800 umat Islam di AS. Sekitar 47 persen wanita yang disurvei mengaku lebih takut terhadap keselamatan mereka, berbanding 31 persen pria yang disurvei.

"Kemungkinan besar karena banyak wanita Muslim mengenakan jilbab, mereka lebih terlihat dan menanggung beban insiden Islamofobia," kata Dali Mogahed yang menulis survei tersebut.

Mei lalu, dua warga Kristen ditikam sampai mati saat mereka mencoba menghentikan pria yang meneriakkan anti-Muslim di Virginia. Tapi, insiden ini tampaknya tidak menghalangi selusin Muslimah AS lain yang juga diwawancarai Washington Post.

"Saya pikir ini adalah saat unutk benar-benar menegaskan keislaman kita, ini bukan waktu untuk meringkuk pergi, mundur dan ketakutan, jika anda diserang karena memakainya, maka Tuhan akan membalas anda," ujar wardah Khalid, Muslim lain yang diwawancarai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement