Jumat 30 Jun 2017 10:46 WIB

Alumni Santri Ponpes Salafiyah Pemalang Gelar Silaturahim

Suasana silaturahim Himpunan Komunikasi  Alumni Santri Ponpes Salafiyah Pemalang.
Foto: Dok Hikmah
Suasana silaturahim Himpunan Komunikasi Alumni Santri Ponpes Salafiyah Pemalang.

REPUBLIKA.CO.ID, PEMALANG --  Idul Fitri adalah momentum  silaturahim. Momentum Idul Fitri  itu dimanfaatkan oleh Himpunan Komunikasi Alumni Santri Pondok Pesantren Salafiyah (Hikmah), Kauman,  Pemalang, Jawa Tengah untuk menggelar silaturahim.

Acara tersebut digelar di Ponpes Salafiyah Pemalang, Kamis (29/6). Ajang silaturahim tersebut dihadiri lebih 100 alumni. Mereka terdiri dari ustadz, dai, pengusaha, ketua KPUD, anggota DPRD, praktisi pendidikan dan dokter.

Ketua Alumni Santri Pondok Pesantren Salafiyah  Pemalang  Ustaz Muhammad Asrori menyampaikan tiga hal. Pertama, santri adalah aset bangsa Indonesia yang memiliki peran penting dalam pembentukan NKRI.

Para santri dahulu berjuang untuk mengusir penjajah dari Tanah Air dengan gigih hingga para penjajah menyerah. “Jiwa satria kepahlawanan dalam diri santri mengalir di bawah panji-panji pondok pesantren,” ujar Asrori.

Saat ini, kata Asrori, santri mewarisi bangsa Indonesia agar tetap sebagai Bangsa NKRI. “Mental santri sudah dicontohkan oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman, KH Sya'ban Zuhdi, para Walisongo dan lain-lain,” tuturnya.

Kedua,  Gerakan 10.000 Satu Bulan Satu Santri. Pertahanan terahir pondok pesantren terdapat pada alumninya. “Jangan sampai pondok pesantren berubah jadi hotel, dealer, atau kafe,” tegas Asrori.

Pesantren ini adalah lahan satu-satunya dalam bangsa ini yang mampu dijadikan tempat revolusi mental bagi para kaum muda. Tapi hingga saat ini Pemerintah masih melihat sebelah mata para santri yang jumlahnya puluhan juta ini. “Dengan Gerakan 10.000 menjadi kebersamaan dalam mempertahankan pondok pesantren ini,” ujarnya.

Ketiga, santri dibentuk oleh para kiai. Mereka  bukan hanya bisa memimpin,  tapi  juga menjadi pelayan. Pelayan umat dan  bangsa Ini. “Santri mampu melayani  umat dari tingkat ekonomi terendah hingga mampu melayani para pengurus negeri ini,” papar Asrori.

Hadir pada kesempatan tersebut Ketua Umum Forum Komunikasi Diniyah Taklimiyah (FKDT) H  Lukman Hakim. Ia mengatakan, pondok pesantren, madrasah, dan majlis taklim adalah sarana pembinaan yang paling efektif dalam membentuk mental masyarakat yang sudah terbukti selama satu abad. “Sementara Pemerintah menawarkan ide yang belum terbukti memberikan solusi terbaik untuk bangsa ini, pondok pesantren dan madrasah sudah melahirkan para pejuang bangsa ini,” ujar Lukman Hakim  dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (30/6).

Pada kesempatan yang sama Direktur Rumah Sakit Islam (RSI)  Pemalang  Dr  Abdul Aziz mengatakan para santri adalah ujung tombak bagi RS yang dipimpinnya.  “Kami Yakin RSI Pemalang ini milik umat dan harus kembali ke umat. Saya butuh dorongan dari para kiai  untuk menjadikan RSI  ini menjadi rujukan utama dalam melayani umat Islam,” tuturnya.

Dokter penyakit dalam dan kerap disebit  yang terlaris di Pemalang ini mengatakan anaknya  harus mondok di pesantren.  “Anak saya harus mondok di pondok pesantren,  dididik oleh kiai. Hal itu sangat penting agar  satu saat ke depan anak saya jadi apapun harus mempunyai jiwa korsa santri, yakni Berjuang , Mengabdi dan Melayani,” paparnya.

Acara silaturahim tahunan Hikmah  tersebut sudah berlangsung tujuh tahun dan pernah dihadiri oleh Ketua Umum PBNU Dr KH Said Agil Siroj , Dr KH Hasyim Muzadi (alm) dan Ustaz Yusuf Mansur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement