Kamis 29 Jun 2017 22:08 WIB

Malu, Salah Satu Risalah Para Nabi

Dakwah
Foto: Dok. Republika
Dakwah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah duduk bersandar di kediamannya. Cara duduk Beliau SAW membuat sedikit betisnya tersingkap. Lantas Abu Bakar RA mengetuk pintu dan meminta izin masuk. Rasulullah SAW memerintahkan Abu Bakar masuk, sedangkan Beliau SAW tetap dalam posisi duduknya.

Kemudian giliran Umar bin Khattab RA bertamu. Umar meminta izin masuk dan dipersilakan Nabi Muhammad SAW untuk masuk. Lagi-lagi Rasulullah tak membenarkan cara duduknya. Kemudian datanglah Utsman bin Affan RA. Utsman juga meminta izin masuk. Namun, reaksi Rasulullah SAW kali ini berbeda.

Sebelum Utsman dipersilakan memasuki rumah Rasulullah, Beliau SAW memperbaiki cara duduknya sehingga betisnya kembali tertutup. Barulah sahabat Nabi yang dermawan itu masuk. Rasulullah SAW bersabda, "Bagaimana aku tidak merasa malu dengan orang yang malaikat saja malu kepadanya."

Rasulullah sangat paham bagaimana karakter sahabatnya yang satu ini. Utsman adalah pribadi yang sangat pemalu. Jika ia melihat betis Rasulullah SAW tersingkap, niscaya Utsman akan enggan memasuki rumah Rasulullah.

Malu bagi Utsman bukanlah sebuah kelemahan. Malu adalah tanda keimanan. Bagi Utsman, malu adalah salah satu tanda dari sekian tanda ikrar manusia terhadap penghambaan kepada Allah SWT.

Utsman benar-benar menyerapi sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya di antara ucapan kenabian pertama yang didahului umat manusia adalah, 'Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sesuka hatimu'." (HR Bukhari).

Malu adalah salah satu risalah yang dibawa para nabi. Malu bukan hanya diperuntukkan bagi umat Nabi Muhammad SAW. Malu menjadi nilai yang berlaku dari zaman para nabi terdahulu dan telah mendarah daging menjadi sebuah nilai.

sumber : Dialog Jumat
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement