Senin 26 Jun 2017 08:45 WIB

Shalawat Badar di Festival Budaya Italia

Festival Budaya Italia di Roma
Foto: Dok. Pribadi
Festival Budaya Italia di Roma

Oleh: H. Khumaini Rosadi, SQ., M.Pd.I*

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shalatullah salamullah ‘alaa Thoha Rasulillah….. Shalatullah salamullah ‘ala Yasiin Habibillah…..

Syair seperti itu sudah tidak asing lagi di telinga kita, masyarakat Indonesia. Tetapi kali ini beda, shalawat itu dilantunkan oleh anak-anak di Italia dalam rangka memeriahkan hari festival budaya Italia yang dirayakan pada tanggal 21 Juni 2017. Dengan ceria dan kompak, anak-anak menyuarakan nada shalawat yang begitu jarang terdengr di negara Italia ini.

Sebagai masyarakat rantau indonesia, yang disebut Diaspora di Italia, kesenian budaya yang ditampilkan bernuansa nusantara. Selain shalawat Badar, lagu es lilin mah ceuceu kelapa muda dari Jawa Barat pun dinyanyikan dengan merdu oleh Elina, diaspora asal Majalengka. Lagu-lagu wajib Nasional pun tidak lupa ditampilkan.

Indonesia Pusaka dilantunkan dengan seriosa oleh sesepuh diaspora Ibu Emi, yang sudah 50 puluh tahun lebih tinggal di Italia sejak zaman Presiden Sukarno. Atas  permintaan Bapak Presiden Sukarno pada saat itu, ibu Emi ditugaskan untuk menjadi pengajar kesenian Budaya indonesia di Italia.

Anak-anak muda dengan band juga mengiringi kemeriahan festival Budaya. Tidak tanggung-tanggung enam lagu disuguhkan oleh anak-anak muda keturunan diplomat ini. Ibu-ibu DWP (Dharma Wanita Persatuan) pun turut serta menyumbangkan kesenian angklungnya. Ustaz-nya pun, ustaz Khumaini Rosadi – Dai Ambassador Italia asal Bontang -  tidak mau ketinggalan ikut memeriahkan acara dengan menyanyikan menjaring matahari milik Ebiet G. Ade, diiringi dengan Gitar akustik oleh Bapak Asep – Lokal Staff KBRI asal Bogor – dan diselingi dengan bacaan puisi.

Menurut Charles – Staff KBRI yang menangani sosial budaya – festival budaya Italia ini dilakukan setiap tahun, pada tanggal 21 Juni. Semua Ambassador yang ada di Italia dianjurkan untuk menampilkan dan memperkenalkan kesenian budaya masing-masing.

Sesuai ciri khas negara sendiri-sendiri. Harapannya dengan pertunjukkan budaya ini dapat memupuk dan memperat hubungan pemerintah dengan masyarakat di sekitar, di samping juga memberikan hiburan dan wawasan kebudayaan.

Ini adalah cara pengenalan budaya yang baik. Selama di dalamnya tidak ada unsur-unsur yang melanggar norma agama, negara dan masyarkat.

Sebagaimana dalam surat al-Hujurat ayat 11 disebutkan, bahwa kita diciptakan berbeda-beda. Beda bahasa, beda seni dan budaya, beda suku, beda warna kulit, beda bangsa, beda negara, dan beda-beda yang lainnya. Tetapi semua itu bukan masalah.

Semua perbedaan itu hendaknya menjadikan kita dewasa. Perbedaan itu dapat menjadikan kita bijkasana. Karena dengan perbedaan itu kita diperintahkan untuk saling belajar. Saling memahami. Saling menghargaii. Sehingga tidak ada lagi pertengkaran dan permusuhan. Karena orang yang paling mulia di sisi Allah, adalah orang-orang yang paling baik hatinya, itulah orang-orang yang bertakwa.

*Dai Ambassador Cordofa 2017, Tidim LDNU, Guru PAI SMA YPK Bontang, Penulis Buku: Amroden Belbre; Perjalanan Dakwah 45 hari di Eropa, Fathul Khoir; Metode Mudah Memahami Ilmu Tajwid

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement