REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kantor Wilayah Kementerian Agama Nusa Tenggara Barat terus mengajak jamaah Tarekat Naqsabandiyah untuk menyamakan persepsi mengenai dimulainya awal Ramadan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang selama ini selalu berbeda dengan pemerintah.
"Kita perlu gali kenapa selalu ada perbedaan setiap tahun," kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Nusa Tenggara Barat (NTB) H Nasruddin, di Mataram, Sabtu (24/6).
Di sela kegiatan pengamatan hilal 1 Syawal 1438 Hijriah, ia mengatakan bahwa jamaah Tarekat Naqsabandiyah sudah mengakhiri puasa dan melakukan salat Idul Fitri pada Sabtu (24/6).
Namun Nasruddin mengaku tidak mengetahui secara pasti di mana saja sebaran jamaah Tarekat Naqsabandiyah tersebut. Sebab, selama ini jamaah tersebut mengklaim diri ada, namun tidak nampak.
Informasi dari Kantor Kemenag Kota Mataram bahwa jamaah Tarekat Naqsabandiyah ada di Lingkungan Pagutan Kebun Lauk, Kelurahan Pagutan. Namun berapa jumlah jamaahnya belum terdata secara pasti.
"Selama ini mereka mengklaim diri ada di mana-mana, namun tidak pernah nampak," ujarnya.
Menurut dia, meskipun terjadi perbedaan dalam memulai puasa Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri, tidak pernah terjadi konflik antarumat muslim di NTB, khususnya Pulau Lombok.
Meskipun begitu, Kemenag tetap memberi perhatian agar tidak terus terjadi perbedaan pandangan mengenai penentuan awal pelaksanaan ibadah puasa yang menjadi salah satu rukun Islam dan pelaksanaan shalat Id.
"Kami selalu mengundang, tapi mereka memang punya hitungan sendiri untuk menentukan awal Ramadan dan 1 Syawal. Tapi kami akan terus melakukan pendekatan," kata Nasruddin.