Senin 19 Jun 2017 13:46 WIB

Lisa Suhay Sejak Awal Membela Islam

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto:

Sebelum menjadi Muslim, Suhay adalah perempuan Amerika yang selalu membela Muslim di tengah kebencian atau Islamofobia warga Amerika. Terutama setelah Tragedi 11 September.

Akibat peristiwa tersebut, Suhay mengaku khawatir tiap berjalan melewati masjid. Kejadian 11/9 berlangsung tepat ketika ulang tahun ke-13 pernikahannya. Perempuan asal New York ini sadar betul betapa peristiwa ini menjadi pukulan berat bagi penduduk setempat.

Kekhawatiran Suhay tak membuatnya terbawa arus kebencian kebanyakan warga New York terhadap Islam. Justru dia tetap berpihak kepada orang-orang yang sering pergi ke masjid dan perempuan berjilbab.

Persepsi negatif terhadap Islam kian menguat belakangan ini. Ketika berlangsungnya Pemilu Presiden November 2016 lalu dan sempat adanya aturan pelarangan bepergian ke Amerika bagi Muslim, dia tegas berdiri membela Muslim.

Namun, banyak orang mengata kan kepadanya bahwa dia tidak tahu apa- apa karena belum pernah meng injak masjid. Setelah mendapat cer ca an itu, dia malah bertekad pergi ke masjid.

Dengan belajar di masjid, kemarahan, kebencian, dan frustrasi yang dirasakan Suhay hilang. Perempuan yang terlahir dari keluarga Nasrani ini menemukan kedamaian serta mendapatkan hidayah mengenal Allah SWT dan memeluk Islam.

Setelah mempelajari Islam, dia baru memahami bahwa aksi teror selama ini adalah ulah oknum, bukan mewakili agama. Anehnya, saat Suhay berbagi fakta ini ke koleganya, mereka justru menjauh.

Keimanannya diuji ketika berada di ling kungan teman-teman dan tetangga yang sebelumnya dikenal sa ngat baik. Sete lah dia memeluk Islam dia tetap berusaha mencoba tetap bersikap baik meskipun sikap mereka terhadap Suhay justru sebaliknya.

"Saya mengerti, mereka melihat saya dengan pandangan berbeda, pandangan ko tor yang telah dikotori oleh orang-orang yang melakukan tindakan kotor mengatasna makan Islam, padahal mereka jarang menghadiri masjid. Mereka mengklaim aga ma saya hanya melihat dari sebuah nama saja,"kata dia.

Setelah Suhay memeluk Islam, orang yang dikenalnya selama puluh an tahun tiba-tiba terbiasa menga takan pada dia hal yang me nyakit-kan. Bagi mereka memeluk Islam sama saja dengan menyetujui tindakan kekerasan yang dilakukan orang-orang dengan mengatasnamakan Islam. Suhay pun membalikkan per ka taan mereka, apa respons mereka jika setiap pembunuhan dan ke kejam an oleh oknum non-Muslim itu dilakukan oleh orang atau ekstremis Kris ten? Tentu saja mereka tak bisa menjawab.

Suhay menegaskan pada teman-temannya bahwa ketika memeluk Islam dia tidak diperbudak, terhipnotis, dicuci otak, diprogram, mengalami penolakan, dan berkhianat dengan anti-Amerika. "Saya mengganti agama bukan karena budayanya atau kepribadian," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement