REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Reino Arild Pedersen merupakan imam pertama pengisi khotbah Jumat di Denmark. Ia lebih terkenal dengan nama Abdul Wahid Pedersen, namanya setelah berislam.
Siapa sangka, sang imam yang pengetahuan keislamannya luas itu merupakan seorang mualaf. Hingga mengenal Islam, perjalanannya pun tak singkat. Ia menempuh banyak perjalanan hingga mendapat manisnya hidayah.
Perjalanannya dimulai saat usianya masih 16 tahun. Saat itu, ia memutuskan untuk meninggalkan agama yang ia anut dari kecil. Tujuannya ia ingin bebas dari afiliasi agama apa pun. Sejak itu, ia pun menjadi pemuda dengan pemikiran sangat bebas. Pedersen muda begitu liberal dan sekuler.
Dengan kebebasan hidup yang ia klaim, Pedersen mencoba banyak hal. Ia kemudian menginginkan hidup penuh kasih dan damai. Ia pun mencoba menjadi vegetarian, namun gagal. Ia tak bisa berpuasa daging terus-menerus.
Hingga usia 21 tahun, Pedersen hidup di bawah godaan kebebasan. Hingga suatu hari, ia meninggalkan Denmark bersama seorang teman karibnya. Kali ini ia ingin menerapkan Yin Yang dalam hidupnya. “Kami bepergian melalui Afrika, Asia, dan Timur Tengah. Prinsip kami saat itu, perjalanan akan membimbing kami untuk hidup berdasar hukum alam Yin dan Yang,” ujarnya, tertawa mengenang masa lalu.
Selama perjalanan itu, Pedersen menemukan beragam budaya dan agama. Ia pun kemudian mulai tertarik hal tersebut. Pedersen bertanya kepada diri sendiri, “Apa agamaku? Dari mana aku berasal?” Namun, ia tak mampu mendefinisikan kehidupannya. Ia pun kemudian belajar spiritual di Rajasthan, India. Tak lama, ia kemudian menjadi penganut Hindu.