Kamis 15 Jun 2017 00:55 WIB

Peran Filantropi Islam untuk Tanggulangi Terorisme

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Ketua Badan Pengurus Pimpinan Pusat Lazismu Hilman Latief (kiri), bersama Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hajriyanto Y Tohari (tengah), dan Plt Dirut Lazismu Joko Intarto (kanan) memberikan keterangan pers  (Ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua Badan Pengurus Pimpinan Pusat Lazismu Hilman Latief (kiri), bersama Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hajriyanto Y Tohari (tengah), dan Plt Dirut Lazismu Joko Intarto (kanan) memberikan keterangan pers (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (LazisMU), Hilman Latif menjelaskan tentang peran lembaga filantropi Islam untuk menanggulangi terorisme di Indonesia. Menurut dia, peran lembaga filantropi dalam menanggulangi terorisme salah satunya yaitu dengan memberantas akarnya yakni kemiskinan.

Menurut dia, sebuah lembaga filantropi Islam sudah seharusnya memanfaatkan dana ZIS untuk kepentingan publik, sehingga dapat mendorong situasi ekonomi yang lebih baik. Pasalnya,  saat ini yang menjadi problem adalah ketimpangan sosial dan dan ketimpangan ekonomil.

“Peran Lembaga Filantropi adalah bagaiaman bisa mengurangi ketimpangan itu. Dalam sebuah masyarakat yang timpang secara eknomi itu kan rawan, khususnya di kalangan masyarakat bawah. Karena Mungkin kemiskinan bisa membangun sikap yang antipati terhadap pemerintah,” ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (14/6).

Dia menuturkan, lembaga filantropi berperan di level tersebut untuk mengurangi kesenjangan yang bisa menyebabkan masyarakat terpicu untuk melakukan tindakan terorisme. “Jadi, tidak ada khusus untuk menangani terorisme. Cuma akarnya, apa sih yang menjadikan orang seperti itu? Mungkin kan masalah kemiskinan, pendidikan, dan keterbukaan pemikiran,” ucapnya.

Ia menambahkan, tugas lain lembaga filantrpopi untuk menanggulangi terorisme adalah dengan terus melakukan sosialisasi perdamaian atapun dengan melakukan penelitian. Menurut dia, lembaga filantropi saat ini harus membangun masyarakat yang mempunyai visi positif, bukan masyarakat yang frustasi.

“Karena kalau sudah frustasi akibatnya banyak, orang bisa nekat bergabung dengan kelompok tertentu untuk tindakan kejahatan atau bahkan masuk ke kelompok teroris,” kata dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement