REPUBLIKA.CO.ID,Tidak dapat dihitung beragam ujian yang menimpa hidupnya. Tak hanya dirinya bahkan ujian itu lebih tepatnya menimpa keluarga kecilnya yang terdiri dari seorang suami dan tiga orang anak. Ia bernama Mariyah. Sehari-hari ia berjualan panganan anak-anak seperti Basreng dan Cireng di pinggir jalan. Ujian itu bermula ketika suaminya pada 2012 lalu divonis mengidap batu ginjal. Keterbatasan biaya membuatnya tak mampu mendapatkan perawatan yang memadai.
“Waktu itu dokter bilang harus dioperasi. Keluarga almarhum diminta menandatangani kesediaan operasi. Tapi tak satupun yang mau menandatangani karena tak bisa menjamin biaya. Adalagi ketika itu harus pasang alat, tapi suami menolak karena sudah pasrah hingga akhirnya wafat.” Cerita Mariah siang itu ketika ditemui Rumah Yatim saat pemberian santunan sembako di Bandung belum lama ini.
Jauh sebelum itu, anak pertamanya mengalami hal buruk hingga harus berhenti sekolah. Almarhum ayahnya adalah seorang pemulung. Profesi itu membuat sang anak mendapat ejekan dari teman-teman sekolahnya. Tak kuat, ia akhirnya memutuskan berhenti sekolah. Menurut Mariyah itu terjadi ketika SD. Hingga kini, ia tak mau lagi meneruskan sekolahnya dan memilih bekerja.
“Saya nggak tega. Saya masih ingin dia sekolah tapi dia sudah jera. Alhamdulillah baru seminggu ini keterima kerja jadi karyawan jaga toko. Tapi saya tetap berharap dia mau sekolah, setidaknya kejar paket.” papar Mariyah dalam siaran pers yang diterima Republika (Senin (12/6).
Mariyah yang kini menetap di Sukapura, Lemah Hegar, Bandung ini, kini telah mencoba melupakan masa lalunya. Ia membuka lembaran baru dengan menikah lagi sebab takut anak-anaknya terlantar jika ia harus mencari nafkah sendiri. Meski sang suami yang kini hanyalah kuli bangunan setidaknya ia merasa ada sandaran dan tidak sendiri. Tak banyak harapannya selain terus tegar dengan segala keadaan. Ia berharap ujian di masa lalu tak membekaskan luka lagi baik pada dirinya ataupun anaknya.