Senin 12 Jun 2017 13:34 WIB

Martini, Hidup Sebatang Kara dalam Kondisi Stroke

Martini, Hidup Sebatang Kara dalam Kondisi Stroke
Martini, Hidup Sebatang Kara dalam Kondisi Stroke

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Waktu itu saya mau sholat tahajud. Sudah siap-siap mau sholat lalu tiba-tiba kaki saya nyeri. Rasanya seperti kejutan, tegang, pokoknya semacam itulah. Saya kaget saat itu apa yang terjadi. Hingga saya akhirnya tahu, kaki saya terkena stroke. Demikian diungkapkan Martini, wanita berusia 63 tahun itu ketika ditemui oleh Rumah Yatim saat pemberian santunan dan parsel Ramadhan, Sabtu (10/6). Namanya Martini tapi para tetangga mengenalnya dengan Mamah Kiki (Kiki nama anak Martini). Sudah enam tahun ia mengalami stroke yang akhirnya harus membuatnya berjalan dengan bantuan kruk.

Dalam siaran pers Rumah Yatim yang diterima Republika, Senin (12/6), disebutkan, dahulu ia bekerja serabutan. Meski tak banyak hasilnya tapi setidaknya ia mampu membiayai makannya sehari-hari. Namun, seketika semua berubah ketika ia ditakdirkan menderita stroke. Martini tak dapat bekerja. Untuk makan ia hanya bergantung pada belas kasihan para tetangga. “Kalau ada yang beri maka hari itu saya bisa makan. Jika tidak, ya saya tidak makan apa-apa” ceritanya pasrah dan kecut.

Bak sudah jatuh tertimpa tangga pula, Martini yang mengalami stroke hidup pula sebatang kara di sebuah kontrakan daerah Sukapura, Lemah Hegar, RT 1 RW 4, Bandung. Sang suami telah lama tiada. Tiga anaknya telah berkeluarga dan merantau. Dari ketiganya hanya satu yang pernah pulang dan menjenguknya. Itupun tak setiap tahun.  “Anak saya satu orang di Lampung. Dia satu-satunya yang masih menghubungi saya. Dia mengirimi uang tapi sekedar untuk listrik dan kontrakan sebab dia pun hidup susah di sana.” Ujar Martini lagi dengan nada semakin lirih.

Saat ditanya apa yang paling membuatnya terluka adalah kenyataan bahwa ia sebatang kara di usia tuanya dan ditambah kondisi kakinya yang tak lagi normal. “Begitu sedih rasanya saya hidup sendiri di sini. Saya nyuci sendiri, bersih-bersih, semuanya saya lakukan sendiri dengan kondisi stroke ini. Nggak ada yang ngurusin di usia tua dan saya yang sakit ini. Kadang makan kadang tidak.” Ujarnya diiringi dengan isak tangis yang tak tertahankan. Martini adalah satu dari sekian banyak sosok orang tua yang harus menelan pahitnya usia tua tanpa satupun keluarga di sampingnya. Hanya sedikit bantuan dan doa sejatinya yang bisa diberikan agar Martini selalu diberi kekuatan oleh-Nya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement