REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjuangan panjang mewarnai terbangunnya peradaban Islam yang kokoh. Tak hanya menerima penolakan atas dakwah yang disampaikan, Rasulullah SAW juga kerap mendapat perlawanan. Kondisi itu memanggil kaum Muslimin untuk turun ke medan perang guna melumpuhkan kaum kafir yang memerangi Islam. Dalam banyak perjuangan bersenjata membela Islam, Rasulullah tampil sebagai prajurit Allah yang gagah perkasa.
Sebagai panglima yang menggerakkan pe rang untuk membela Islam, Rasulullah senantiasa berpegang pada ketentuan Allah SWT. Hal itu, misalnya, terlihat dari strategi perang diterapkan, juga caranya memperlakukan para tawanan perang.
Sejarah Islam mencatat apa yang disebut ghazwah dan sariyya. Dua istilah ini merujuk pada peperangan yang dilakukan kaum Muslimin, namun ghazwah diikuti langsung oleh Rasulullah, sedangkan sariyya tanpa beliau. Lebih dari 25 ghazwah pernah terjadi sepanjang sejarah Islam. Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Thaif adalah tiga di antara banyak ghazwah itu. Nah, marilah kita menapaktilasi lokasi tiga perang besar itu. n
Thaif
Pada masa awal dakwah Islam, Thaif juga menjadi lokasi pertempuran dahsyat pascaperang Hunain. Pertempuran Hunain adalah perang antara pihak Rasulullah dan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada 630 M atau 8 H. Pada pertempuran itu, pasukan Muslimin menang telak. Namun, sebagian kaum Tsaqif, kemudian memilih melarikan diri ke Thaif. Pada perang lanjutan di Thaif, pasukan Muslimin berhasil menguasai kota itu.
Kini, Thaif menjadi salah satu daerah pertanian terpenting di Arab Saudi. Terletak sekitar 100 kilometer arah tenggara Makkah, Thaif berhawa sejuk karena berada di dataran tinggi. Kota yang membentang di lembah Pegunungan Asir ini dijuluki ‘Qoryatul Muluk’ atau desa para raja. Disebut demikian karena di Thaif bertebaran istana peristirahatan musim panas keluarga kerajaan dan konglomerat Arab Saudi.
Kota ini juga terkenal dengan hasil buminya. Selain sebagai pemasok sayursayuran dan buahbuahan, seperti delima, daerah ini juga menjadi pemasok bunga. Bahan baku parfum khas Saudi seperti ambar, misik, dan jasmin, banyak dihasilkan dari kawasan ini. n
Bukit Uhud
Tak seperti Perang Badar yang berakhir gemilang, pasukan Muslimin menelan kekalahan pahit di Perang Uhud. Selain sebagai ujian bagi kaum Muslimin, kekalahan ini juga disebabkan oleh kelalaian dan ketidakpatuhan pasukan Muslim pada panglima mereka, Rasulullah SAW. Perang yang terjadi pada 7 Syawal tahun tiga Hijriah atau 22 Maret 625 M ini, pasukan Muslim yang menghadapi kaum musyrik Quraisy mengalami kerugian besar akibat banyaknya pahlawan Muslimin yang gugur, salah satunya adalah Hamzah bin Abdul Muthalib RA, paman Nabi Muhammad SAW.
Bukit Uhud yang terletak sekitar lima ki lometer di sebelah utara Masjid Nabawi merupakan bukit terbesar di Madinah. Dengan ke tinggian sekitar 1.050 meter, Uhud merupakan bukit batu hitam yang diselimuti tanah kering. Tak se perti bukitbukit lainnya di Madinah yang sambungmenyambung, Bukit Uhud tidak bersambungan. Karena itu, penduduk Madinah menyebutnya Jabal Uhud yang artinya ‘bukit yang menyendiri’.
Sebelum dibangun jalan baru yang menghubungkan Makkah dan Madinah, Bukit Uhud selalu dilewati oleh jamaah haji maupun umrah yang hendak menuju Madinah ataupun Makkah.
Lembah Badar
Di sinilah, salah satu perang besar dalam sejarah Islam, yakni Perang Badar, berkobar. Dalam peperangan yang terjadi pada 17 Ramadhan tahun kedua Hijriah atau 17 Maret 624 M itu, pasukan Muslim yang berkekuatan 313 orang memetik kemenangan gemilang. Padahal, mereka berhadapan dengan kaum kafir Makkah yang berjumlah lebih banyak, 1.000 orang.
Lembah Badar merupakan daerah subur yang terletak di antara Makkah dan Madinah. Daerah ini menjadi subur karena memiliki sumber air. Saat ini, Badar adalah sebuah tempat pemberhentian kendaraan dan perlintasan kendaraan, terletak pada jalan lama dari Madinah ke Makkah atau Jeddah. Selain tempat pengisian bahan bakar, di lokasi ini juga tersedia tempat makan dan minum.
Sebagai tempat bersejarah, Lembah Badar kerap diziarahi umat Islam, terutama pada musim haji. Mereka mengunjungi makam para syuhada Perang Badar, yang terletak kurang lebih dua kilometer dari Pasar Badar.