Senin 29 May 2017 22:34 WIB

Ribuan Umat Antar Kiai Pangemong ke Peristirahatan Terakhir

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Agus Yulianto
Hanif Dhakiri
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Hanif Dhakiri

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Ribuan warga Nahdliyin dan berbagai elemen masyarakat antar jenazah KH Mahfudz Ridwan Lc ke tempat peristirahatan terakhirnya, di makam keluarga di wilayah Dusun Bandungan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Senin (29/5). Di antara para tamu yang hadir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada pengasuh pondok pesantren (ponpes) Edi Mancoro, Gedangan ini, tampak Menteri Tenaga Kerja (Menaker) RI, M Hanif Dhakiri beserta isteri.

Selain itu juga Budayawan, KHA Mustofa Bisri (Gus Mus); Ketua DPD PKB Jawa Tengah, KH Yusuf Chudlori; Ketua MUI Jawa Tengah, KH Ahmad Daroji; Bupati Semarang, Mundjirin; Wakil Bupati Semarang, Ngesti Nugraha; Kapolres Semarang, Dandim 0714/Salatiga dan lainnya.

Di mata Hanif, KH Mahfudz Ridwan merupakan salah satu aset pluralisme lintas agama di Jawa Tengah. Semasa hidupnya ulama ini juga banyak memfasilitasi dialog-dialog lintas komunitas pemeluk agama.

Sehingga pesantren yang diasuhnya juga sangat terbuka terhadap semua kelompok serta elemen masyarakat. “Makanya banyak pastur, pendeta, LSM, aktivis, mahasiswa pada berdiskusi disini mencari solusi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat,” ujarnya.

Hanif juga mengakui, secara pribadi sangat mengenal sosok KH Mahfudz Ridwan ini. Almarhum merupakan sosok kiai yang hidupnya sederhana namun tetap bersahaja, bijaksana dan selalu mengedepankan keteladanan.

Selain itu juga gemar membantu siapa saja yang lemah dan membutuhkan. “Beliau ini terus membina masyarakat, memberdayakan masyarakat. Ya mulai soal agama, sosial hingga secara   ekonomi,” katanya.

Pada kesempatan ini, dia juga berharap, kepada putra- putri almarhum dan seluruh warga Ponpes Edi Mancoro senantiasa memelihara dan mengembangkan ajaran- ajaran KH Mahfudz Ridwan yang egaliter. “Semoga ide- ide, gagasan maupun apa yang sudah dijalankan oleh beliau bisa terus dilestarikan dan dijalankan sekaligus tetap menjadi ciri khas dari pondok pesantren Edi Mancoro ini,” ucap Hanif.

KH Mustofa Bisri menyebut, KH Mahfudz Ridwan merupakan kiai yang bisa ngemong dan menngayomi. Ini bisa dilihat dari para petakziah yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir dari berbagai lapisan masyarakat.

Kalau ribuan umat sekarang hadir untuk memberi pengghormatan terakhir, itu tanda mereka merasa telah diemong dan diayomi oleh beliau. “Ini sebagai bentuk rasa hormat karena mereka merasa diayomi dan diemong,” tegasnya.

Seperti diketahui, keluarga besar Nahdlatul Ulama kembali berduka. Pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro, Gedangan, Tuntang, Kabupaten Semarang KH Mahfudz Ridwan Lc berpulang, Ahad (28/5) siang.

Musytasyar PBNU ini dikabarkan meghembuskan napas terakhir di RSUD Salatiga, akibat penyakit stroke yang dideritanya, Ahad sekitar pukul 14.45 WIB. Sebelumnya KH Mahfudz Ridwan telah menjalani rawat inap selama 13 hari.

Dalam struktur kepengurusan PBNU masa khidmat 2015-2020, KH Mahfudz Ridwan Lc masuk dalam jajaran Mustasyar (dewan penasihat) bersama kiai- kiai lainnya, seperti KH Maemun Zubaer dan KHA Mustofa Bisri.

Sementara itu, mewakili pihak keluarga, KH Munasir menyampaikan KH Mahfudz Ridwan tutup usia pada usia 78 tahun. “Beliau meninggalkan seorang istri, empat orang anak dan sembilan cucu,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement