REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ooki Michiyo (16 tahun) tampak sangat berbeda dari teman-temannya di sebuah SMP di Yokohama, Jepang. Baju seragamnya berbeda dari siswa lain pada umumnya. Kemejanya berlengan panjang dan rok pendeknya pun dirangkap celana panjang.
Tak hanya itu, wajahnya yang cantik berbalut jilbab nan rapi. Tentu itu sebuah pemandangan yang sangat langka di sekolah-sekolah di Jepang yang mayoritas warganya beragama Shinto. Kendati demikian, Michiyo tak terasing. Ia berbaur dengan teman-temannya tanpa menjadikan perbedaan sebagai hambatan.
Aktivitas Michiyo tersebut merupakan salah satu gambaran Muslimin Jepang yang ditulis majalah Nikkei Kids Plus. Dikisahkan kehidupan gadis muda itu yang telah berjilbab sejak kelas tiga sekolah dasar, namun ia dapat berbaur meski berjilbab dan beragama Islam.
“Saya sudah terbiasa. Pertama kali mungkin banyak sekali keraguan, tapi sekarang sama sekali tidak terasa. Sudah menjadi hal yang lazim,” ujar salah seorang sahabat Michiyo di SMP Yokohama, Yamamoto Misaki, dikutip majalah tersebut, dari laman web resmi komunitas Midori-Takodai.
Inilah gambaran Islam di Yokohama. Tak hanya Michiyo, ratusan Muslimin hidup aman dan nyaman meski sebagai minoritas. Jumlah pasti Muslimin Yokohama tak terdata jelas. Bahkan, untuk jumlah keseluruhan di Jepang pun, tak ada data yang akurat.
Beberapa sumber menyebut Muslim Jepang berjumlah satu banding 10 ribu penduduk. Sumber lain menyebut Muslim di Jepang mencapai 70 ribu dengan 90 persennya merupakan imigran. Adapun PEW Research menyebutkan jumlah Muslim di Jepang mencapai 183 ribu.
Namun, menurut imam masjid Yokohama, jumlah Muslimin yang tinggal di kota tersebut berjumlah sekitar 300 orang. Jumlah yang sangat kecil dibanding jumlah penduduk Yokohama yang mencapai 3,7 juta. Kota di kawasan Kanto tersebut memang nomor wahid dalam hal populasi dibanding kota-kota Jepang lain.
Meski jumlahnya sangat minim, Muslimin dapat hidup dengan bebas. Warga Yokohama sangat menghormati antarumat beragama. Mereka hidup berdampingan tanpa gesekan apa pun. Pemandangan Muslimin bercengkerama dengan tetangga mereka sudah hal lumrah. Dalam memenuhi kebutuhan pun, Muslimin Yokohama tak banyak mendapat kesulitan. Untuk beribadah, mengkaji agama, hingga merayakan hari raya, mereka berkumpul di Masjid Jami Yokohama.
Untuk pangan halal sehari-hari, mereka pun mendapatkannya dengan mudah. Terdapat pemasok yang menjual segala pangan halal setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Dalam tiga hari itu, Muslimin pun berbondong-bondong mendatangi pemasok yang juga dikelola pengurus Masjid Jami.
Tak hanya itu, di kota pelabuhan utama Jepang itu juga tersebar beragam restoran halal. Tak sedikit pula yang menawarkan jasa penjualan pangan halal secara online sehingga memungkinkan Muslimin memesan barang pangan yang langka didapat dan dikirimkan hingga pintu rumah.
Disarikan dari Pusat Data Republika