Senin 22 May 2017 16:30 WIB

Muslim Laos Bertahan di Tengah Rezim Komunis

Rep: Dia/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Map of Laos (in red)
Foto: CIA World Factbook
Map of Laos (in red)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laos adalah salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang berbatasan dengan Myanmar dan Cina di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat. Dari Abad ke-14 hingga abad ke-18, negara ini disebut Lan Xang atau Negeri Seribu Gajah.

Beribu kota Vientiane, Laos dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pemerintahan komunis yang masih tersisa di dunia. Mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Buddha Theravada. Karena itu, tak mengherankan kalau Laos merupakan negara dengan penduduk Muslim paling sedikit di Asia Tenggara.

Agama Islam pertama kali masuk Laos melalui para pedagang Cina dari Yunnan. Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya, seperti Thailand dan Birma (Myanmar saat ini). Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw.

Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah beberapa kelompok kecil komunitas Muslim yang tinggal di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan.

Di sini, mereka memiliki sebuah masjid dengan ukuran yang sangat besar dan menjadi kebanggaan Muslim Laos. Letaknya di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya Oriental. Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk azan. Ornamen lain adalah tulisan-tulisan dalam lima bahasa, yaitu Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris, yang terdapat dalam masjid.

Selain kelompok Muslim Chin Haw, ada lagi kelompok Muslim lainnya di Laos, yaitu komunitas Tamil yang berasal dari selatan India. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai Chulia di Malaysia dan Phuket (Thailand). Mereka masuk ke Vientiane melalui Saigon. Mereka juga memiliki sebuah masjid yang bentuknya mirip dengan masjid di Tamil.

Para jamaah Muslim India Selatan inilah yang mendominasi masjid di Vientiane. Di ibu kota Laos ini, hanya terdapat dua buah masjid, yakni Masjid Al-Azhar dan Masjid al-Jamia.

Imam Masjid al-Jamiah, Najmul, menuturkan, masjid ini dibangun oleh kaum pendatang dari India. Masjid ini tak pernah sepi dari jamaah. Apalagi, pada perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, masjid ini selalu dipenuhi oleh jamaah. Jamaah Muslim ini kebanyakan berasal dari India, Pakistan, dan Bangladesh.

Walaupun berada di lingkungn padat dan sebagian besar penduduknya pemeluk agama Buddha, aktivitas dan kegiatan keagamaan di masjid ini berjalan normal. Bahkan, sebagian warga Vientiane sangat akrab dengan komunitas Muslim di sini. Mereka semua mengetahui ada masjid di daerah Prabang Road ini.

Menurut Najmul, hubungan antaragama di Vientiane juga sangat baik. Bahkan, ketika azan berkumandang, komunitas non-Muslim di Vientiane tak merasa terganggu. ''Mereka tak peduli dengan adanya azan itu dan mereka tidak merasa terganggu,'' ujarnya.

Masjid ini juga banyak dikunjungi jamaah Muslim dari berbagai negara. Jamaah tetap di masjid ini kebanyakan warga dari negara tetangga, termasuk para diplomat dari negara Muslim di Vientiane, termasuk dari Malaysia, Indonesia, dan Palestina. Bangunan masjid di Vientiane juga dilengkapi dengan bangunan madrasah untuk anak-anak Muslim belajar agama Islam.

Selain di Vientiane, ada lagi komunitas Muslim lainnya di Laos. Namun, jumlahnya sangat sedikit. Umumnya, mereka lebih memilih tinggal di kota kecil di luar Vientiane. Sebagian orang menyatakan ada sebuah masjid kecil di Sayaburi, di tepi barat Mekong, tidak jauh dari Nan. Sayaburi dulu pernah dinyatakan sebagai daerah tertutup bagi orang asing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement