REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia Barat boleh bangga dengan pencapaiannya di bidang industri penerbitan buku saat ini. Menurut data pada Bowker, lembaga penyedia informasi bibliografi terkemuka di dunia, setiap tahunnya, ada ratusan judul buku baru yang terbit di Amerika Serikat. Pada 2009, misalnya, jumlah judul buku baru yang terbit mencapai 288 ribu.
Namun, menurut Ziaudin Sardar and MW Davies dalam Distorted Imagination, pencapaian peradaban Barat dalam bidang penerbitan buku saat ini hampir setara dengan penerbitan buku di dunia Islam 10 abad silam, baik secara kualitas maupun kuantitas. "Hampir 1.000 tahun sebelum buku hadir di peradaban Barat, industri penerbitan buku telah berkembang pesat di dunia Islam," ujar kedua sejarawan itu.
Industri buku di dunia Islam pada era keemasan sungguh sangat mengagumkan. Semua berawal dari ditemukannya teknologi pembuatan kertas dan tinta di dunia Islam pada abad kedelapan M. "Pembuatan kertas telah menciptakan revolusi kultural," papar Ahmad Y al-Hasan dan Donald R Hill dalam Islamic Technology: An Islamic History.
Sejak ditemukannya kertas, bahan tulis-menulis bebas dari monopoli. "Kertas pun menjadi barang yang sangat murah," ujar al-Hassan dan Hill. Pada era kekuasaan Abbasiyah, produksi buku di kota-kota Islam mencapai skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Dalam waktu kurang dari satu abad, ratusan ribu manuskrip menyebar ke seluruh negeri Islam," ungkap al-Hassan dan Hill. Baghdad-Ibu Kota Kekhalifahan Abbasiyah-tercatat sebagai sentra produksi buku pada abad kesembilan masehi. Pada era itu, tak kurang dari 100 kompleks tempat pembuatan buku tersebar di penjuru Kota Baghdad.
Pada masa itu, buku terdapat di mana-mana. Tak cuma itu, profesi penjual buku pun menjamur. "Produksi kertas tak hanya memberi rangsangan luar biasa untuk menuntut ilmu, tetapi juga membuat harga buku semakin murah dan mudah diperoleh. Hasil akhirnya adalah revolusi budaya," cetus cendekiawan Muslim Ziauddin Sardar.
Menurut dia, produksi buku dalam skala yang tak pernah terjadi sebelumnya membuat konsep ilmu bertransformasi menjadi sebuah praktik yang benar-benar distributif.