REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Hari ini, Senin (15/5), Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) melepas keberangkatan tiga relawan teknis yang akan menindaklanjuti rencana pembangunan sarana kesehatan di wilayah konflik Rakhine State, Myanmar.
Ketiga relawan teknis dari Divisi Konstruksi MER-C tersebut adalah Ichsan Thalib (Project Manager RS Indonesia di Myanmar), Idrus Muhamad Alatas (Ketua Divisi Konstruksi MER-C), dan Faried Thalib (Presidium MER-C yang memiliki pengalaman sebagai Ketua Tim Pembangunan RS Indonesia di Gaza, Palestina). Tim bertolak ke Myanmar untuk bertemu dan berkoordinasi dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait di negara ini. Tim teknis MER-C dijadwalkan akan berada di Myanmar selama enam hari hingga 21 Mei 2017.
Manajer Operasional MER-C Rima Manzanaris mengatakan, sejumlah agenda akan dilakukan tim teknis ini antara lain pertemuan dengan Kementerian Kesehatan Myanmar, Kementerian Sosial, konsultan, dan kontraktor pembangunan. Ini terselenggara berkat bantuan dan fasilitas Kementerian Luar Negeri Indonesia dan KBRI Yangon.
“Diharapkan dalam waktu satu pekan tim berada di Myanmar, seluruh agenda misi dapat terlaksana,” kata dia dalam keterangan persnya kepada Republika.co.id di Jakarta, Senin (15/5).
Rima mengatakan dalam pembangunan pusat kesehatan ini, MER-C tidak sendiri. Palang Merah Indonesia (PMI) berkomitmen bekerjasama mewujudkan RS Indonesia di Rakhine State, Myanmar. MER-C juga berharap dukungan dan partisipasi dari seluruh rakyat Indonesia untuk dapat merealisasikan RS Indonesia di wilayah ini.
“Seperti halnya yang telah kita lakukan di Gaza, Palestina,” kata dia.
Rizma menambahkan pembangunan RS Indonesia di Myanmar diharapkan dapat menjadi salah satu media diplomasi kemanusiaan rakyat Indonesia dalam bidang kesehatan, setelah Pemerintah Indonesia melakukan hal serupa di bidang pendidikan dengan membangun empat sekolah di Rakhine State.
Lebih lanjut, Rizma mengatakan setelah pembangunan RS Indonesia di wilayah terblokade Jalur Gaza (Palestina), MER-C mulai berfokus pada wilayah konflik di belahan dunia lainnya.
Menurut Rizma, Rakhine State, Myanmar menjadi pilihan untuk program kemanusiaan jangka panjang MER-C selanjutnya.
Berdasarkan hasil kajian awal tim medis MER-C ke wilayah ini pada September 2012, MER-C memutuskan melakukan pembangunan sarana kesehatan yang keberadaannya masih sangat dibutuhkan masyarakat setempat.
“Program ini pun mendapat apresiasi dan dukungan dari Pemerintah kedua negara,” kata dia seraya mengajak segenap rakyat Indonesia berpartisipasi mendukung misi mulia ini.