REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Organisasi Kerjasama Islam (OKI) bekerja sama dengan Prancis dengan menggelar pertemuan gabungan pertama. Pertemuan dimaksudkan untuk melestarikan warisan budaya di negara-negara anggota OKI.
Dilansir dari Arab News, Senin (15/5), pertemuan dua hari mencakup ahli-ahli dari OKI, institusi budaya Saudi dan PBB serta perwakilan negara-negara OKI. Pertemuan dibuka Asisten Sekjen OKI, Hesham Youssef, yang menerangkan pentingnya bisa melindungi harta karun di dunia Islam.
Untuk mencapai tujuan itu, ia turut meminta pengembangan program budaya dan pendidikan. Youssef menekankan, OKI sangat ingin memainkan peran yang lebih proaktif, melindungi dan melestarikan warisan budaya Islam yang tentu ada di berbagai belahan dunia.
Penekanan itu bertujuan memastikan negara-negara OKI, untuk bisa meninjau peraturan yang berhubungan dengan konservasi, pemulihan dan restitusi warisan budaya. Hal itu juga untuk memastikan semua langkah yang dilakukan sesuai instrumen dari hukum internasional.
Selain itu, penelitian, program pendidikan, pelatihan dan pameran budaya jadi tujuan lain yang hendak dicapai atas kerjasama yang terjalin. Semuanya dilakukan demi menjadikan perlindungan warisan budaya sebagai faktor keamanan dan perdamaian utama di dunia Islam.
Konsul Jenderal Prancis dan Utusan Khusus untuk OKI, Patrick Nicolosi mengatakan, walau Prancis bukan anggota OKI ia memiliki hubungan historis yang kuat. Karenanya, ia merasa melestarikan warisan budaya sangat penting bagi OKI dan dunia secara keseluruhan.
"Sangat penting untuk melestarikan kenangan rakyat sebagai bagian dari budaya mereka, selalu ingat masa lalu anda, budaya anda dan jaga itu tetap hidup," kata Nicoloso.