REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil penelitian para ilmuwan dan arkeologi mengenai pembuat piramida ini, berdasarkan bahan baku yang digunakan dan asal bahan baku tersebut diambil, dikemukakan bahwa pembuat Piramida Giza adalah para buruh pekerja. Hipotesis ini dikemukakan berdasarkan sejeumlah penelitian yang ada di sekitar lokasi piramida Giza.
Di sana ditemukan sejumlah lubang kecil. Di dalamnya terdapat tulang-belulang yang diyakini sebagai pekerja piramida. Pada 1990, Kepala Arkeologi Mesir, Dr Zahi Hawass, mengemukakan, para pekerjalah yang membangun piramida tersebut. Mereka adalah buruh upah yang didatangkan dari negeri lain—tempat asal bahan baku, seperti Libanon.
Hawass juga menambahkan, bukti lain yang menunjukkan bahwa mereka itu budak adalah sekitar 10.000 buruh yang bekerja di piramida, diberi makan 21 sapi dan 23 domba yang dikirimkan kepada mereka setiap hari dari peternakan di bagian utara dan selatan Mesir.
Pandangan Hawass ini didukung pula oleh arkeolog lainnya. Mereka menyatakan, pekerja yang membangun makam Piramida Mesir kuni adalah pengrajin batu yang dIhormati karena pekerjaan mereka. Apalagi, di sekitar piramida ditemukan banyak lubang kecil yang digunakan untuk mengubur mayat-mayat mereka yang meninggal dunia sebelum piramida selesai dibangun. Awalnya, ada yang mengganggap lubang-lubang kecil itu sebagai bekas galian untuk masuk dari bawah tanah. Namun, setelah diteliti, tidak ada bukti yang menguatkan kalau lubang itu sebagai jalan masuk.
Pada 11 Januari 2010 lalu, otoritas arkeologi Mesir menunjukkan makam para pekerja Giza. Makam tersebut berasal dari dinasti ke-4 Firaun (2575-2467 SM), tepat saat Piramida giza dibangun. Makam-makam tersebut berukuran sembilan kaki. Dalam lubang tersebut ada 12 kerangka para pembangun piramida.
Sementara itu. Jean Francois Champollion, yang disebut-sebut sebagai Bapak Pengetahuan Mesir Kuno Modern, memperkirakan bahwa orang yang mendirikan piramida ini berbeda dengan manusia sekarang. Ia menyebutkan, tinggi mereka mencapai 100 kaki (35 meter), seperti raksasa.
Analisa ini mengingatkan pandangan Dr Homi Lesser dari Hebrew University yang menyatakan leluhur manusia memiliki tinggi sekitar 90 kaki. Lalu, selama ribuan tahun mengalami penyusutan badan (genetic bottlenect). Hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Bukhari menyebutkan, Nabi Adam memiliki tinggi 60 hasta, atau sekitar 90 kaki (30 meter). Wallahu A’lam.