Selasa 09 May 2017 15:04 WIB

Safanah binti Hatim Ath-Thai, Kesantunan Seorang Muslimah

Ilustrasi Dakwah Muslimah. (Republika/ Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Dakwah Muslimah. (Republika/ Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah pepatah Arab mengatakan, barang siapa yang menyerupai perangai baik ayahnya, dia tak tersesat. Sesungguhnya, pepatah itu menggambarkan kemuliaan seorang Muslimah di zaman Nabi Muhammad SAW bernama Safanah binti Hatim ath-Tha’i.

Sejarah Islam mencatat Safanah sebagai sosok wanita yang santun dan fasih dalam bertutur kata dan sopan dalam beretika. Safanah memang mewarisi kebaikan sang ayah, yakni Hatim ath-Tha’i, yang terkenal dengan kemuliaannya.

Pada suatu hari, sang ayah berkata kepadanya, Wahai putriku, sesungguhnya dua orang mulia, apabila sama-sama memegang harta, akan cepat habis. Karena itu, biarlah harta itu saya pegang atau kamu yang memegangnya.”

Lalu Safanah menjawab, Bagaimana kalau harta itu kita bagi secara adil dan kita tak melampaui batas (dalam membelanjakannya).” Hatim ath-Tha’i pun membagi harta tersebut dan terbukti tak cepat habis. 

Muhammad Ibrahim Salim dalam bukunya bertajuk Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah SAW mengungkapkan, kefasihan Safanah tampak ketika dia menjadi tawanan sebelum masuk Islam. Ibnu Ishaq dalam Al-Maghazi menuturkan, sikap diplomatis Safanah tampak saat meminta dibebaskan dari tawanan kepada Rasulullah SAW.

Wahai Rasulullah, telah meninggal dunia seorang bapak (Hatim ath-Tha’i) dan telah kabur seorang utusan,” tutur Safanah. Lalu, Rasulullah SAW bertanya, Siapakah utusan tersebut?” Dengan lugas Safanah menjawab, Adi bin Hatim.” Mendengar jawaban itu Nabi SAW berkata, Bukankah dia yang kabur dari Allah dan Rasulnya?”

Dialog antara Safanah dan Rasulullah itu terulang sebanyak tiga kali. Hingga tiba-tiba, salah seorang dari balik Rasulullah SAW berkata, Wahai putri kaumku, katakan kepadanya (Rasulullah SAW) apa yang kamu mau.” Safanah pun kemudian kembali menjelaskan diplomasinya.

"Wahai Rasulullah, telah meninggal seorang bapak (yaitu bapakku, Hatim) dan telah kabur seorang utusan, yaitu saudaraku Adi bin Hatim. Berikanlah kepadaku apa yang telah Allah berikan kepadamu,” tutur Safanah.

Mendengar penjelasan itu, Nabi SAW pun berkata, Sesungguhnya aku telah membebaskanmu (untuk menyusul saudaramu), tetapi aku belum menemukan orang yang bisa dipercaya untuk mengantarkanmu kembali ke negerimu. Nanti akan tiba saatnya.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement