Ahad 07 May 2017 18:15 WIB

Jejak Islam di Nuu Waar

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Ratusan Anak-Anak Fakfak, Papua Barat Ikuti Gerakan Shalat Subuh Berjamaah, di Masjid Agung Baitul Makmur, Fakfak, Papua Barat, Sabtu (23/4)
Foto: Rahmat Fajar/Republika
Ratusan Anak-Anak Fakfak, Papua Barat Ikuti Gerakan Shalat Subuh Berjamaah, di Masjid Agung Baitul Makmur, Fakfak, Papua Barat, Sabtu (23/4)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sebuah Alquran raksasa masih tampak gagah terpajang di lemari kaca. Alquran dengan kaligrafi bergaya Papua itu tersimpan rapi di rumah ahli waris keturunan Raja Patipi ke-16. Keturunan raja itu bernama Ahmad Iba. Selain alquran berukuran besar, ada gulungan doa, juz amma serta daun koba-koba bertulis lantunan zikir.

Di tempat itu pun tersimpan Alquran berkuran kecil, kitab fikih, naskah khotbah Idul Adha, buku-buku akidah dan akhlak. Kepada Republika, Ahmad Iba yang sering kali dipanggil raja menjelaskan, Alquran yang dipegangnya kini berusia sekitar 500 tahun. Raja merawat Alquran kuno itu dengan teliti agar tidak mudah rusak. "Ditaruh di lemari kaca. Kasih obat kamper biar awet," ujar dia.

Raja berkisah, Alquran ini punya sejarah panjang. Mushaf itu menjadi saksi bagaimana Islam masuk ke Kerajaan Patipi pada 1224. Menurut dia, Islam masuk ke Indonesia abad ke-7 oleh Syekh Abd Rauf, putra ke-27 dari Syekh Abd Kadir Jailani di Kerajaan Pasai. Pada abad ke-12 Syekh Abd Rauf mengutus Tuan Syekh Iskandar Syah agar melakukan perjalanan dakwah ke Nuu Waar. Rombongan itu pun tiba pada tanggal 17 Juli 1224 M di Messia atau Mes Kerajaan Patipi.

Pada awal perjalanannya ke Kerajaan Patipi, orang pertama yang bertemu dengan Syekh Iskandar Syah adalah Kriss Kris. Kepada Kriss Kris, Syekh Iskandar Syah mengajarkan Islam. Pengajaran itu pun berlanjut dengan pembacaan dua kalimat syahadat. Kriss Kris menjadi Muslim. 

Oleh bapaknya, Kriss Kris kemudian diangkat menjadi imam pertama. Saat itu, dia sudah menjadi raja di Patipi. Beberapa tahun kemudian, bencana tsunami melanda daerah ini. Seluruh bangunan masjid luluh lantak. Hanya sebagian kecil Alquran serta beberapa kitab fikih, tauhid yang diselematkan oleh Syekh Iskandar Syah.

Alquran yang selamat itu kemudian dibawa Syekh Iskandar Syah ke Aceh. Usai bencana, Alquran tersebut kemudian dibawa kembali ke Fakfak dan diserahkan kepada keturunan Raja Patipi yang tidak lain keturunan dari Syekh Iskandar Syah. 

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua Barat Ahmad Nausrau menjelaskan, masyarakat Papua Barat sejak dulu sudah beragama Islam. Dia mencontohkan, daerah Raja Ampat, Kaimana, Fakfak, Bintuni, dan Sorong Selatan merupakan wilayah dengan komunitas Muslim. 

Menurut Nausrau, berdasarkan catatan sejarah Islam merupakan agama pertama yang masuk ke Papua. "Sebagian besar wilayah Papua Barat merupakan wilayah Kesultanan Ternate sehingga daerah ini penduduknya Muslim karena daerah Kesultanan Ternate," kata Ahmad.

Nausrau memberi dalil, masuknya dua orang misionaris dari Jerman datang ke Papua pada abad 18, sebenarnya difasilitasi oleh Kesultanan Ternate. Kemudian, mereka datang ke Pulau Mansinam yang ada di Kabuapaten Manokwari. Padahal, Islam sudah masuk ke Papua jauh sebelum itu. Ia menerangkan, sejumlah sejarawan mengatakan, Islam masuk di Papua sekitar abad 14 dan 15. Namun, berdasarkan hasil penelitian LIPI, Islam masuk ke Papua sekitar abad 16 dan 17. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement