REPUBLIKA.CO.ID, SORONG -- Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis telah melakukan perjalanan dakwah di Bumi Cenderawasih pada 8-10 Maret 2020 lalu. Setidaknya ada 10 acara yang ia hadiri di Papua Barat, seperti tabligh akbar, dialog tokoh agama Islam, dan pengajian umum.
Selama melakukan safari dakwah di Papua, Kiai Cholil pun melihat perkembangan dakwah yang positif. "Catatan yang mengesankan bahwa perkembangan dakwah Islam di Bumi Cenderawasih berjalan baik dan damai meskipun ada dinamika dan riak-riak kecil tapi dapat di atasi," ujar Kiai Cholil kepada Republika.co.id, Kamis (12/3).
Tidak hanya, menurut dia, pesaudaraan sesama muslim dan antara organisasi juga dapat berjalan baik dan lancar di Papua Barat. Di Manokwari misalnya, Kiai Cholil menemukan salah satu pimpinan Muhammadiyah Papua Barat menikah dengan salah satu Ketua Muslimat Papua Barat.
"Bahkan di Sorong saya jumpai putra daerah yang menjadi pengurus Muhammadiyah yang sekaligus pengurus GP Ansor," ucapnya.
Ada beberapa hal yang selalu Kiai Cholil tekankan saat berceramah di Bumi Cenderawasih. Pertama, soal pentingnya menjaga persatuan Indonesia. Karena, menurut dia, Indonesia hanya bisa dibangun dan maju manakala penduduknya bersatu.
"Tentu menuju persatuan itu harus ada keadilan. Keadilan ekonomi dan politik menjadi titik fokus untuk menciptakan kohesivitas masyarakat," kata Kiai Cholil.
Kedua, Kiai Cholil juga selalu menyampaikan pesan damai dalam setiap ceramahnya. Karena, menurut dia, misi Islam dimanapun itu harus memberi rasa aman, baik kelada lingkungan sekitar maupun masyarakat luas.
"Tuduhan ekstremis kepada Islam harus dijawab dengan perilaku bahwa Islam dimanapun menyerukan perdamaian sebagaimana namanya Islam itu sendiri adalah damai," jelasnya.
Ketiga, Kiai Cholil juga menyerukan agar umat Islam di Papua selalu menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila yang dibangun atas dasar kesepakatan. Menurut dia, sistem NKRI inilah yang mengikuti sistem negara Madinah yang didirikan dan dipimpin oleh Rasulullah berdasarkan Shahifah Madinah (Piagam Madinah).
"Sistem NKRI telah final dan terbukti menyatukan dan mendamaikan Indonesia. Hubungan agama dan negara di NKRI bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan dan bagaikan dua saudara kembar yang satu padu. Semua warga negara Indonesia punya hak yang sama dan berkewajiban untuk menjaga NKRI tetap utuh, maju dan berperadaban," tutupnya.