REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menerima Majelis Pengurus Pusat Perhimpunan Baitul Mal wa Tamwil (PBMT) di Istana Wakil Presiden. Dalam pertemuan tersebut, PBMT mengundang wakil presiden untuk membuka Silaturahmi Nasional (Silatnas) pada Agustus 2017 mendatang.
"Kami menyelenggarakan Silatnas Agustus 2017 dan mengharap Pak Jusuf Kalla hadir," Ketua Umum Majelis Pengurus Pusat BMT Jularso, Jumat (5/5).
Perhimpunan BMT Indonesia pada 2005 dan telah melakukan Musyawarah Nasional sebanyak tiga kali. Selain itu, sejak 2009 PBMT juga telah melakukan pertemuan tahunan yang disebut Silatnas. Pada 2015 dan 2016, Silatnas dibuka dan diberi arahan oleh menteri koperasi dan UKM.
Tema Silatnas 2017 adalah Penguatan Peran Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) BMT dalam Mengurangi Ketimpangan Eknomi Indonesia. Fokus pembahasannya antara lain mengenai masukan dan rekomendasi kepada pemerintah terkait kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang perlu melibatkan koperasi.
Saat ini 3,7 juta orang telah dilayani oleh 325 BMT dengan pengelola hampir di berbagai wilayah Indonesia. Nasabah yang dilayani sebagian besar merupakan pelakh usaha produktif skala mikro dan kecil. Baitul Mal wa Tamwil sebagai KSPPS memberikan layanan keuangan sesuai dengan prinsip syariah dan regulasi perkoperasian dengan total dana kelola mencapai Rp 15 triliun.
Dalam pertemuan tersebut turut hadir Ketua Dewan Pakar Asosiasi Koperasi Syariah Indonesia Sudirman Said. Dia mengatakan, progres koperasi syariah saat ini cukup baik dan konsern pada penataan manajemen sertifikasi supaya usaha mikro bisa dibantu dari sisi manjemen sertifikasi.
"Karena itu kan level yang tidak bisa dijangkau oleh perbankan konvensional, jadi memang perlu penanganan khusus," kata Sudirman.
Gerakan BMT sudah melalui tiga tahap perjuangan ekonomi. Pertama, era rintisan beroperasi sejak awal 1980an didirikan oleh berbagai komunitas seperti forum pengajian, komunitas dakwah kampus, organisasi massa dakwah, organisasi sosial, dan takmir masjid. Kedua, era pertumbuhan pesat pada 1990an dan dialami oleh sebagian BMT era rintisan ditambah dengan didirikan kemudian yang mampu beroperasi secara berkelanjutan dan berkembang. Ketiga, era stabilitas perkembangan selama sepuluh tahun terakhir.