REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam memuliakan orang-orang kaya yang dermawan. Jika tidak, tak akan mungkin ada hadis "tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah" yang keluar dari lisan mulia Rasulullah SAW.
Redaksi lengkapnya yakni dari Hakim bin Hizam Radhiyallahuanhu, dari Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam, beliau Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barang siapa menjaga kehormatan dirinya maka Allah akan menjaganya dan barang siapa yang merasa cukup maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya."
Prinsip ini juga membuat seorang Muslim yang memiliki harta mencapai nisab harus mengeluarkan zakat mal sebesar 2,5 persen. Di dalam Alquran, kewajiban untuk berzakat kerap disandingkan dengan shalat. Rasul pun pernah mengutarakan tentang keutamaan orang kaya yang dermawan. Lewat hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak boleh iri kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Alquran dan as-sunah), ia menunaikan dan mengajarkannya." (HR Bukhari dan Muslim).
Dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga, sembilan di antaranya merupakan pengusaha sukses. Salah satu pengusaha ternama itu adalah Abdurrahman bin Auf. Seorang pengusaha yang jatuh miskin setelah hijrah tetapi berhasil kembali bangkit berkat kegigihannya berniaga. Selepas hijrah ke Madinah, Abdurrahman kemudian dipersaudarakan dengan Sa'ad ibnu ar-Rabi' al-Autsari, sosok kaya raya di Madinah.
Saad berkata, "Hartaku separuhnya untukmu (Abdurrahman) dan aku akan berusaha menikahkan kamu (dengan perempuan ansar)." Mendengar itu, Abdurrahman menjawab, "Semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu. Tunjukkan saja, di mana tempat pasar perdagangan?"
Selama di Madinah, Abdurrahman merintis perniagaan keju dan minyak samin. Tanpa waktu lama, usaha Abdurrahman maju pesat. Labanya kian meningkat. Oleh Rasulullah SAW, apa yang dilakukan Abdurrahman dijadikan contoh bagaimana seorang Muslim bangkit.
Nabi SAW bersabda ketika ditanya perihal penghasilan apa yang paling baik, yaitu yang dihasilkan orang dari pekerjaan tangannya dan semua jual beli mabrur (HR Bukhari dan al-Hakim). Di Madinah, kaum Muslimin dari kalangan ansar, terutama muhajirin, mulai bangkit dari keterpurukan. Tidak ada di antara mereka yang menganggur dari pekerjaan.
Usaha Abdurrahman bin Auf maju dengan pesat. Kekayaan Abdurrahman bahkan terekam dalam riwayat Imam Ahmad yang menukil dari Anas RA. Pada satu waktu, saat Aisyah RA sedang berada di rumah, Ummul Mukminin mendengar kegaduhan di Madinah. Aisyah pun bertanya, "Apa itu?" Lantas dijawab,"(Itu) kafilah unta milik Abdurrahman yang tiba dari Syam, membawa segala macam barang dengan 700 unta." Kemudian, Aisyah lantas mengomentari jawaban tersebut dengan sebuah hadis dari Rasulullah SAW. "Aku pernah mendengar Nabi SAW bersabda, 'Aku lihat Abdurrahman memasuki surga dengan merangkak.'"
Si pemilik kapak emas itu pun mendengar kesaksian Aisyah. Abdurrahman yang enggan masuk surga dengan merangkak lantas menyedekahkan muatannya itu untuk berjihad di jalan Allah. Ia tidak ingin harta bendanya memperlambat langkah kakinya kelak memasuki surga. Abdurrahman sadar, setiap Muslim akan dimintai pertanggungjawaban mengenai setiap harta benda yang dimilikinya di dunia.
Kisah Abdurrahman, seorang konglomerat yang saleh, kerap diulang-ulang diceritakan kepada kita. Sudah cukup kita menjadi buih di lautan. Saatnya menjadi gelombang ombak yang siap menggulung. Begitu banyak momentum yang ditunjukkan bahwa umat Islam harus bangkit dari tidur. Beragam Aksi Bela Islam, kemenangan Pilkada DKI Jakarta, hingga bangkitnya gerakan ekonomi 212 merupakan satu langkah awal bagi kita untuk lepas dari ketergantungan. Sudah saatnya umat ini bangkit dan menoreh sejarah baru yang sempat diukir para pendahulu. Wallahu'alam.