Jumat 28 Apr 2017 06:06 WIB

Dompet Dhuafa: 96 Persen Masyarakat Ingin Sekolah Gratis

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Sekolah Gratis
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Sekolah Gratis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Dompet Dhuafa University (DD University) menunjukkan belum optimalnya sejumlah kebijakan. Hasil survei ini diharapkan bisa jadi masukan kepada pengambil kebijakan terkait.

Direktur DD University Ahmad Juwaini menjelaskan, survei tentang kebijakan pendidikan terdiri dari empat poin. Pada poin sekolah gratis, 96 persen responden melihat sekolah gratis masih perlu sementara empat persen merasa tidak perlu.

''Penelitian ini belum mendalam, ini masih awal. Tapi dari prediksi kami, semua responden merasa itu perlu karena masih ada masyarakat miskin, sekolah dasar saja standarnya,'' ungkap Juwaini dalam paparan Riset Evaluasi Pendidikan Nasional yang dilakukan DD University di Kantor Harian Republika, Kamis (27/4).

Meski kecil, Juwaini melihat perlu didalami mengapa empat persen responden menilai sekolah gratis sudah tidak perlu. Pernah pula Juwaini menulis soal pendidikan gratis. Ada yang menanggapi kalau pendidikan gratis membuat manja. Juwaini sendiri tidak sepakat dengan itu karena tidak semua yang gratis membuat manja.

Pada poin anggaran pendidikan, 91 persen responden menilai penggunaan anggaran pendidikan belum optimal. Pun soal pemerataan, 92 persen menjawab akses pendidikan belum merata. ''Ini bisa dilihat dari akses pendidikan di barat dan timur Indonesia yang belum merata. Belum lagi akses pendidikan anak-anak TKI,'' kata Juwaini.

Begitu juga kartu Indonesia pintar, dimana 83 persen responden menilai belum efektif.

Soal lingkup pendidikan dan sekolah yang dimaksud dalam survei ini, Juwaini mengatakan survei ini tidak memberi lingkup pendidikan kepada responden. ''Tapi dugaan kami, persepsi ini adalah pendidikan umum di sekolah negeri dan terkait kebijakan pemerintah,'' kata Juwaini.

Evaluasi pendidikan menurut persepsi masyarakat ini diharapkan dapat menjadi pemantauan pembangunan dengan metode kuat dan bertanggungjawab. Evaluasi ini berangkat dari pemikiran akan keadilan pendidikan harus diperjuangkan melalui layanan dan kebijakan yang mendukung.

Survei yang dilakukan DD University ini melibatkan 499 responden dari delapan kota besar. Usia dominan responden berada di rentang 21-30 tahun dan pendidikan dominan responden adalah s1 sebesar 56,1 persen. Dari latar pekerjaan, 43 persennya adalah pegawai swasta, 15 persen mahasiswa, serta 11 persen dosen dan guru yang terlibat langsung dalam pendidikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement